Senin, 08 September 2014

BilChell LOVE STORY

BAB 14

Billy memandang kepergian Michelle, dia diam seperti patung.

“Pak...” panggil Mita memecahkan keheningan dan Billy pun sadar. Dan menoleh kearah Mita

“Ada apa..” katanya dengan suara kesal.

“udah jam 10 malam pak.. Boleh saya pulang..” Kata mita takut-takut, keliatan dari wajahnya, si bos nya itu sedang super duper Bad mood. Billy melihat jam dan hanya mengganggu.

Di dalam Lift Michelle masih begitu marah “dasar cowok sombong.. apa mentang-mentang anak orang kaya segala hal harus dihitung dengan uang.. segala hal harus berputar disekelilingnya....??” Michelle ngedumel dalam hati, tampa sadar ada sepasang mata di Lift tengah melihatnya.

“Ini kan cewek yang di Mall Kemarin” Batin Eza, eza memang punya ingatan yang bagus. Tapi soal Michelle ntah karena ingatannya atau karena dandanan Aneh Michelle sehingga orang mudah mengingat dia. Michelle terlalu sibuk dengan pikirannya jadi dia tidak menyadari orang disebelah nya.  Saat hendak menyapa Michelle, Pintu lift terbuka dan michelle pun keluar. Dan saat itu Eza juga melihat indra di Lobi kantor dan menghampirinya.

“Eh Ndraa... Ngapain sih Loe pake minta jemput ke lobi segela...Loe kan bisa naik sendiri..” Eza ngomel melihat Indra yang cengengesan. Tapi matanya masih melihat Michelle, dan saat itu michelle sedang berjalan keluar sambil bicara ditelepon.

“Gue takut.. nanti si Billy marah..” Kata Indra memelas. Eza heran
“Loe buat Billy marah lagi ??” kata Eza< indra mengangguk “Loe ini suka banget cari penyakit...” kata Eza sambil berjalan ke arah Lift, Indra ngekor dari belakang.
“Enggak papa kok Mas.. iyah adik saya baik-baik ajah kok mas.. iya terima kasih mas.. maaf.. mungkin untuk beberapa hari saya ijin gak kerja mas.... Iya sekali lagi terima kasih mas..” Michelle menutup telponya ternyata Rangga yang menelepon, dia menanyakan keadaan Randy.

Di dalam ruangan, Banyak hal yang berseliweran di kepala Billy, ada perasaan gak nyaman dihatinya.

“Bill.. Eh Billy... “ Eza berteriak.. dan billy pun kaget. “Mikirin apa sih loe..sampe gue panggilin dari tadi loe gak liat...” kata Eza Heran. “Udah kelar belom loe..” eza bertanya. Billy melihat indra dibelakang Eza, Indra nyegir “Semoga dia gak marah lagi”dalam hatinya “Tapi kok Billy kelihatan lebih serem dari biasanya”batin indra heran.

Tampa menjawab billy mengemasi barang-barangnya dan pergi, teman –temannya heran melihatnya tapi mereka mengikutinya juga.

Michelle berjalan memasuki rumah sakit dan dia langsung menuju Ruang UGD, tapi ternyata Rendy sudah di bawa keruang MRI dan Test Elektrodiagnisis. Michelle pun buru-buru kesana, sesampainya disana pemeriksaan telah selesai dan Rendy didorong ke ruang NICU. Hati michelle tak karuan, begitu banyak selang dipasang di tubuh Rendy. Ibu panti memengang bahu Michelle, Dokter Halim menghampirinya,

“bagaimana Dok,??? Apa diagnosanya??? “ Kata michelle cemas.

“Beruntung Rendy tidak terkena Guillian Barre Syndrome,..”Michelle tersenyum lega, “Tapi dari hasil MRI ada syaraf yang tercepit di otak belakangnya,, sehingga mengganggu syaraf motoriknya.. Jika tidak ditangani Rendy bisa lumpuh..” Kata dr. Halim lagi, mendengar itu, Michelle hampir terjatuh lemas, untung ibu Panti memegangnya.

“terjepit syaraf dok.. “ tanya michelle

“Iya... demam yang dia alami selama ini adalah reaksi dari itu, sebenarnya jika cepat ditangani Randy hanya perlu diberikan terapi tapi sekarang terlambat, hanya ada satu jalan..” jawab sang dokter dengan serius.
“Operasi dok??? “ tanya michelle

“iyaa.. tp itu pun randy juga akan membutuhkan terapi..”  Michelle memegang kepalamya, air matanya jatuh satu demi satu. Ibu panti hanya memeluknya.

“Kapan operasinya dok..”tanya michelle kemudian

“harus secepatnya, tapi ada sedikit cairan diparu-parunya, jadi sebelum operasi untuk sekarang ini kita harus mengeluarkan cairan di paru-parunya dulu, ..” dr, Halim lalu pergi meninggalkannya.

Michelle menatap Rendy dari balik kaca NICU, banyak selang dipasang dibadannya tapi sangking  begitu lemahnya, dia tidak melawan, hanya terbaring diam. Hati michelle begitu sedih, kalut. Tiba-tiba sebuah tepukan memukul pundaknya

“loe selalu seperti ini, menanggung semuanya sendiri, apa loe nganggap gue gak ada..???” Shilla memarahi sahabatnya ini, dan tampa membantah Michelle memeluk shilla, dia tak kuat menanggung beban itu lagi, pertahanannya runtuh, kegelisahan, kekalutan dan kemarahan dengan billy yang dia rasakan  seharian ini tumpah semua dipelukan sahabatnya. Michelle menangis.

Di lapangan Tenis, Indra memelas memandang Eza “Kenapa kita kelapangan tenis sih bill malam malam beginil lagi???” kata indra, Billy hanya menatap Indra,

“Loe berdiri ajah disana jangan banyak bicara,,,” Kata billy dengan wajah yang menurut indra “pengen makan orang”. Indra lagi lagi memelas memandang Eza, Eza hanya mengankat bahu. Mereka pun bermain tenis, tapi billy sepertinya bukan mau bermain tapi dia mau menghajar atau paling sadis lagi mau membunuh Indra. Pukulannya selalu keras ke arah indra, dia memukul dengan  kekuatan penuh, indra pun kewalahan

“Billy Ampuuunn.. “Kata Indra kemudian, Billy berhenti, eza kasian juga melihat Indra dan menghampiri mereka. “Maafin Gue soal tadi pagi,, Gue janji gak bakalan ikut campur lagi..” Kata Indra memelas.

“Iya Bill, maafin ajah..” timpal Eza, Billy hanya menghernyitkan dahi.

“ada apa denga tadi pagi.?? Gua gak ngerasa marah ama loe..” jawab Billy.

“Jadi loe begini bukannya marah karena masalah tadi pagi..” Indra heran dan Eza pun heran.

“Gue Cuma mau main tenis..”jawab billy singkat.

“Malam-malam gini..” Kata Indra, Billy cuek.

“Pertandingan kita belum selesai..”Billy menatap Indra tajam, indra bergidik, “Bisa mati babak belur neh gue,,”batinnya

“Gimana kalau gantian.. biar si Eza aja..” Indra nyengir menatap Eza, Eza malah mempelototinya,

“Aduuh Bill.. jangan deh, hari ini gue cape banget.. pegal pegal lagi. Loe kan tau tadi gue banyak kerjaan dan Gue juga ngegantiin loe ketemu Klien..” Kata Eza ngeles.. “Nah Si Indra ajah, kan udah satu ronde.. nanggung kalau ganti orang..” Eza nyengir ke arah Indra, Indra Shok tapi saat akan protes Billy malah mengisyaratkan dia untuk melanjutkan pertandingan. Dengan langkah gontai Indra berjalan,

“Eza,, nanti kalau terjadi apa-apa ama Gue, Bilang ama nyokap gue, kalau gue sayang dia..” Kata indra dengan muka memelas kayang hewan mau disembelih.

 Eza menatap simpati, tapi mulutnya tersenyum juga. Dia sebenarnya bertanya-tanya dalam hatinya, ada apa dengan Billy?? Kenapa dia kelihatan kesal dan marah?? Seperti ada sesuatau yang mengusiknya??. Rasa-rsanya kerjaan hari ini berjalan dengan baik, dan kalau kejadian tadi pagi yang dicerikan Indra kayaknya gak mungkin dia marah karena itu. Sesuatu telah terjadi hari ini tapi Eza tak tau apa.

Di Rumah sakit... “Ini salah Gue Shill.. harusnya Gue lebih peka....” Kata Michelle. Michelle dan Shilla masih duduk diruang tunggu.

“bukan salah Loe.. loe udah menjaga merika semampu Loe... bahkan loe udah ngorbanin diri loe sendiri.. “ Kata Shilla meyakinkan Michelle, Sahabatnya ini memang kelihatan keras tapi hatinya begitu lembut, dia paling lemah saat seperti ini.

“Gue binggung... gimana caranya gue kasih tau ibu...” dia menatap Shilla. Masih terbayang dipikirannya. Saat dia bertemu ibu 2 hari yang lalu. Dia begitu senang dengan kemajuannya, sudah bisa berjalan dan melakukan segala hal walaupun tenanganya kadang –kadang masih lemah.

“Maafin ibu yah... ibu sudah merepotkan mu..” Kata ibu Meila sambil memegang  tangan Michelle

“gak papa kok bu.. udah kewajiban saya... dulu ibu yang menjaga saya.. sekarang giliran saya..” kata Michelle tersenyum.

Sekarang bagaimana cara mengatakan soal Rendy, Bisa-bisa kesehatanya Drop lagi. Michelle menutupi wajahnya. Hatinya bener-benar binggung. Selain masalah itu ada masalah lain yang harus dia pikirkan juga, soal biaya Operasi, dia tidak mungkin lagi meminta keringanan rumah sakit, dan dia juga masih punya hutang atas biaya perawatan ibu. Untuk meminta bantuan yayasan panti hampir tidak mungkin dalam kondisi panti sekarang ini. 200 juta dimana harus dia cari uang itu.

Billy sedang berbaring diranjang kamarnya, Dia  masih termenung, dia mengernyitkan dahinya, dan berbicara sendiri “kenapa??? Kenapa dia harus nangis coba?? Gue kan ngomong kenyataan?? Dan apa?? Gak mau ketemu gue lagi???? Memangnya Gue sudi ketemu dia..”  tapi saat mengingat air mata Michelle ada perasaan tidak nyaman yang menyelimuti hatinya. Billy menghela napas panjang, menutup wajahnya dengan bantal, dan berusaha untuk tidur.

Michelle tertidur disebelah ranjang Rendy sambil memegang tangan Rendy, Sebuah tepukan lembut membangunkannya. “Chelle bangun,, udah pagi” Panggil shilla lembut. Michelle membuka matanya, dan dr. Halim berdiri disamping Shilla. Dia tersenyum dan memeriksa keadaan Randy. Michelle dan Shilla melihat serta menunggu dengan sabar.

“cairan diparu-parunya sudah berkurang, mudah mudahan dalam 2 hari ini sudah hilang total dan napasnya tidak sesak lagi. Setelah itu kita bisa langsung mengoprasi nya..” dr. Halim menjelaskan.

“Iyaa dok, semoga.. terima kasih dokter..” kata michelle sambil mengangguk karena dr. Halim mengisyaratkan akan keluar dan pamit pada mereka.

“shill, Loe mau gak nolongin Gue, hari ini Loe jagain Rendy yah.. hari ini Gue gajian di Cafe dan ditempat Mas Rangga.. Mudah-mudahan uangnya bisa buat beli obat Rendy..” Kata Michelle , Shilla pun mengangguk.

“Iyaa.. Gue jagain kok.. “ kata shilla tulus, “soal Biaya operasi Rendy Loe mau nyari kemana..??” Shilla memandang sahabatnya itu, Michelle kelihatan kebigungan.

“Gue belum tau, nanti gue pikirin jalan keluarnya..”Michelle terlihat sedang berpikir.

“Gimana kalau gue minta ama Bokap Gue..??” Shilla menawarkan Solusi

“Gak usah... uang 200 juta bukan uang yang sedikit buat kita Shill.. nanti Bokap loe  minta bayaran dengan syarat loe harus berhenti kuliah di Arsitektur... Gue gak mau loe ngorbanin mimpi Loe...” Michelle menolak tegas, “Michelle bener, Papa pasti gak akan memberikannya gratis..” Shilla pun jadi terlihat sedih, karena dia tidak bisa membantu sahabatnya ini.

“dengan loe ada disamping gue itu udah cukup membantu kok Shill...” kata Michelle tersenyum seolah tau kegundahan sahabatnya.

Hari ini weekand, Billy masih termenung diteras rumahnya, duduk dengan tidak bersemangat, Sheilla heran melihatnya.

“loe kenapa dari tadi kok manyun terus sih.. “Sheilla bertanya. Bukanya malah menjawab Billy bangkit dari tempat duduknya dan pergi. Sheilla jadi kesal dibuatnya. “ini anak ditanya baik baik malah gue dicuekin... “ Sheilla jadi bicara sendiri,.

“kenapa Sheilla,..???” tanya Eza tiba-tiba, Sheilla kaget.

“eh ,, Kak Eza...itu noh si Billy, ditanyain kenapa manyun malah aku dicuekin..” Kata Sheilla ngadu ke Eza. Eza memandang kamar billy dengan heran, “Ada kejadian apa yah?? Kenapa tu anak lama banget Bad Moodnya???? Gak biasa-biasanya..” batin Eza. Saaat eza masih asyik melihat pintu kamar Billy, pintu kamar itu terbuka dan Eza pun melihat billy keluar dari kamar dengan Pakaian Jongingnya. Eza dan Sheilla saling memandang heran, “Jonging jam 10 pagi...??” mungkin itu pertanyaan dalam hati mereka. Eza turun mengikuti Billy.

“Mau kemana Kak???” tanya Sheilla,
“Aku mau ngikutin Billy..Gak biasanya dia aneh begitu,,” kata Eza..
“aku ikut kak..” sheilla memanggil Eza.
“gak usah, nanti ajah setelah joging aku akan membawa Billy ketempat biasa kita Mangkal, Kamu nanti kesana saja, bawa mobil ku..” kata eza sambil melemparkan kunci mobil. Sheilla menangkapnya.

Dalam parjalanan menuju taman, Billy hanya diam, tadi waktu Eza mengikutinya pun billy hanya diam, tidak melarang dan tidak juga menolak. Tapi dalam perjalanan itu Billy memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, eza sampai harus pegangan “sepertinya masalahnya serius neh.”pikirnya, dia memang sengaja mengikuti Billy dengan maksud supaya bisa mencari informasi kenapa Billy seperti ini.

Dirumah rangga, Michelle sedang bersih- bersih dibantu oleh rangga, Michelle menyapu rumah, rangga sedang membersihkan debu dimeja dan seluruh perabotan. Sesekali Rangga melirik Michelle “apa bener adiknya udah sembuh,,”batin Rangga, dia melihat raut wajah Michelle seperti ada sesuatu yang sedang dia pikirkan.

“adik kamu baik-baik ajah kan Michelle..” kata rangga menyelidiki
“iyaa mas.. Cuma dia harus dirawat inap..” kata michelle berbohong, dia tidak ingin merepotkan orang lain.
“Hmmm... “rangga hanya mengumam. Dan kemudian melanjutkan bersih bersihnya.
“oya mas.. maaf saya lancang,, hari ini saya gajian kan mas..??” tanya Michelle

“Oooohh Iya, aku lupa... kamu kan hari ini gajian yah..” kata rangga sambil menepuk jidatnya. “ya sudah setelah bersih-bersih ini aku akan ke ATM mengambil gaji kamu.. maaf karena dirumah uang tunainya gak cukup..” kata rangga

“terima kasih mas..” kata Michelle lagi. Setelah bersih bersih, rangga keluar untuk membuang sampah ke tempat pembuangan sampah di Apartemen. Pintu kamarnya terbuka, Michelle sedang bersih bersih dapur, dan saat melihat pintu kamar rangga terbuka dia melihat banyak kertas berserakan dilantai, jadi dia masuk bermaksud membersihkan kamar rangga. Michelle memunguti semua kertas dan merapikan buku-buku yang berserakan, dan tampa disengaja dia melihat bingkai foto yang terbalik, saat dia ingin membenarkanya foto itu Rangga melihatnya

 “Loe ngapain masuk kamar gue..” kata rangga marah dan Michelle terkejut dan menoleh ke Rangga

 “praangg..” gelas ditangan Rangga pecah, tadi setelah kembali dari membuang sampah dia kedapur mengambil air minum, saat hendak minum dia melihat pintu kamarnya terbuka dan dia melihat Michelle disana. Saat ini michelle terlihat tampa  kacamata karena tadi hampir masuk ke mesin cuci dia melepaskannya dan lupa memakanya kembali. “aduh gue lupa pake kacamata gue.. mungkin mas rangga gak ngenali gue..” kata Michelle dalam hato.

“saya Cella mas... saya mau ngerapiin kamar mas..” Michelle menjelaskan,
“Gue kan udah bilang loe gak perlu masuk kamar gue,  letakkan foto itu, dan keluar dari kamar gue..” kata rangga dingin, Michelle pun keluar dia tidak menyangka reaksi Rangga akan seperti ini.

“maaf mas.. tapi boleh saya bersihin ini dulu.. ” katanya sambil keluar.
“gak usah... biar gue bersihin sendiri.” Rangga masih terlihat marah. Setelah michelle pergi kedapur dia melihat rangga masuk kekamarnya, dan beberapa saat kemudian dia keluar. Sebenarnya Michelle sedikit binggung tapi dia enggan bertanya “Setiap orang punya luka yang tidak ingin diketahui orang lain. Mingkin mas Rangga juga..” batin Michelle. Dan Michelle pun melanjutkan pekerjaanya.

Ditaman Billy masih berlari dan eza sudah ngos-ngosan mengikutinya. “Billy, berhenti dulu dong Bill, “ katanya  membungkuk sambil memegang lutut. “Loe kenapa sih, kayaknya dari semalam Bad Mood terus.. ???” Tanya Eza menyelidiki, bukannya menjawab Billy malah berbaring diatas rumput. Eza tambah heran melihatnya. “ngapain loe malah tidur disini” kata eza duduk disebelah billy.

“Gue sedang kesal ama seseorang.. sangking marahnya gue ama dia, sampe-sampe tidur pun gue gak nyenyak..” kata billy bercerita dengan Eza.

“siapa seseorang itu memangnya..” eza bertanya, “tumben banget si billy bisa terusik dengan keberadaan orang lain.” Batin eza

“seseorang yang gue temui beberapa hari yang lalu..” kata billy datar, tapi penuh tekanan. Dan saat eza ingin bertanya seseorang itu cewek apa cowok, billy berkata lagi “cerita gue sampai disini gak ada pertanyaan lagi...” seperti tau Eza akan menanyakan apa..” karena tidak ingin membuat sahabatnya badmood lagi, eza menuruti billy.

“tapi gak biasanya Loe bisa sampe Badmood seharian gini, biasanya loe selalu cuekin orang lain, kalau dia gak sesuai keinginan Loe, kenapa kali ini loe ambil pusing..???” tanya eza. Billy menatap eza,

“Eza benar.. kenapa aku harus dipusingkan oleh cewek aneh itu.. persetan dengan dia,, aku ini Billy Davidson.. aku gak pernah bisa diusik oleh orang lain” kata Billy dalam hati, dan dia pun bangkit “ayoo kita pulang..” katanya kemudia, eza hanya tersenyum sepertinya Mood billy kembali normal.

Rangga mengendarai sepedanya menuju ke ATM depan apartemen, dia mengayuh sepedanya berlahan, dan saat dia hendak menyeberang jalan tiba-tiba.. “Tiinn... Tiiiiiinnnn” Rangga kaget dan terjatuh, untung dia bisa menahan tubuhnya hingga tidak terluka

“Kalau nyebrang liat liat dong..” bentak seorang gadis saat turun dari mobil, gadis itu Sheilla. Rangga terdiam sesaat dan setelah dia menguasai dirinya.

“Loe yang enggak liat liat, nyetir seenak loe ajah.. gak liat tanda lampu merah..” kata Rangga marah pada Sheilla. Sheilla pun melihat lampu rambu-rambu.

“maaf ..” kata Sheilla sekedarnya “memangnya loe ada luka atau sepeda loe rusak?? Sebutkan angkanya.. biar gue ganti..” kata Sheilla. Mendengar perkataan Sheilla rangga malah memilih pergi. Sheilla pun berteriak memanggilnya “Heeyyy... heyyyy... ya sudah kalau loe gak mau nerima tapi jangan cari perkara yah nanti..” kata Sheilla sayup – sayup terdengar, rangga bener-benar kelihatan marah padanya sehingga untuk menoleh pun dia tidak sudi. Wajah rangga bengitu tegang dan kaku. Ntah karena marah atau kecewa.

Rangga tiba di apartemenya dan langsung mencari Michelle, “cella... “ panggilnya saat melihat Michelle sedang mengeringkan piring, “ini uang gaji loe..” kata Rangga datar, Michelle mengambil amplop yang diberikan Rangga.

“terima kasih mas..” katanya tapi saat membuka Amplop itu. “ Ini kebanyakan mas..” kata Michelle kaget.

“buat Loe..” kata rangga

“gak usah mas.. sesuai gaji saya ajah.. saya gak suka berhutang..” Michelle menolak pemberian Rangga

“loe ambil aja kenapa sih,, loe lagi butuh duit kan... kenapa loe gak buat hidup loe mudah,, terima aja semua bantuan orang lain..” Rangga kesal malah membentak Michelle. Michelle kaget

“saya gak suka berhutang Mas, tapi saya terima bantuan mas, ini saya anggap gaji bulan depan saya.. jadi bulan depan mas gak usah menggaji saya..” kata michelle

“terserah Loe.. “ kata Rangga lalu pergi menuju kamarnya. Moodnya hari ini benar-benar buruk.

Saat rangga tengah termenung dikamarnya, dari luar Michelle mengetuk pintu kamar rangga “Mas saya pamit dulu yah..” Tak ada jawaban dan Michelle pun pergi,

Didalam kamar, Rangga sedang memandangi gambar sketsa gadis itu, “ Akhirnya Gue menemukan kamu, ..” katanya sambil menunduk.. “kak...Cewek ituu.... aahhh... “ air mata rangga jatuh saat melihat foto kakaknya..”dulu gue benci jika membayangkan kalau dia akan jadi cewek yang manja dan sombong.. tapi setelah menemukannya kenapa aku berharap dia jadi gadis yang angkuh..” Rangga menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.


BERSAMBUNG..........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar