Senin, 08 September 2014

BilChell LOVE STORY

BAB 42



Indra dan Ariel sedang duduk disebuah bangku taman dekat rumah Ariel. Ariel sedang sibuk dengan Hpnya, dia berusaha menelepon Billy, tapi tak ada jawaban

“loe Liat.. billy sekarang sudah mulai mengabaikan gue..” kata Ariel frustasi “dia tidak pernah mengangkat telpon gue, apalagi menelepon gue.. harusnya dia minta maaf ke gue karena tadi siang dia mengabaikan dan meninggalkan gue sediri di kantornya..” kata Ariel geram

“bukannya billy selalu seperti itu???” kata indra Polos, entah kenapa Indra mulai bosan mendengar keluh kesah ariel.

“iyaaa... tapi sebelum datang michelle dia gak pernah separah ini...” kata Ariel sebel “apa loe udah dapat informasi tentang Cewek kampung itu dari temennya Shilla??” Tanya Ariel

“Tadi siang gue baru mau nanya.. tapi loe udah nyuruh loe jemput tadi...”kata Indra datar

“loe ini gimana sih??? Masa udah lebih dari seminggu loe gak bisa dapatin informasi sedikitpun???” kata Ariel kelihatan sebel

“Shilla bukan seperti cewek kebanyakan... sangat sulit mendekatinya..” kata indra “dia bukan tipe perempuan yang senang dengan gombalan, dia benci bunga, dan dia benci barang-barang mewah.. untuk bisa sekedar mendekatinya aku butuh perjuangan selama seminggu... “kata Indra,

“dan aku yakin dia bukan tipe cewek ember yang dengan mudah bisa membeberkan rahasia temannya..” kata Indra

“trus loe mau berlama-lama dengan dia??” tanya ariel menatap tajam Indra

“bukan mau berlama-lama tapi Gue butuh waktu, gue harus membuatnya yakin dulu dengan gue.” Kata indra menjelaskan.

“belagu amat sih... gak cewek kampung itu gak temennya , dua-dua sangat belagu..”kata Ariel kesal. Indra hanya diam

Sheilla tengah berjalan ditepian Sungai, dia menyusuri pinggiran sungai, Sambil berjalan Sheilla menatap permukaan air sungai yang terang karena pantulan bulan purnama. Pikirannya  melayang-layang, tentang ingatan masa kecilnya, tentang ibunya sekarang dan tentang Eza bahkan Michelle juga.  Sheilla merasa iri dan kesal saat mengingat Michelle, kenapa dia begitu mudah mengambil perhatian semua orang, bahkan ibunya yang membenci wanita muda pun bisa nyaman didekat Michelle. Ada kekesalan yang besar saat teringat Michelle, sangking kesalnya Sheilla menendang sabuah kaleng bekas minuman. Karena tidak jeli akhirnya kaleng itu mendarat mengenai seseorang.

“Awww..” kata orang itu, dan ternyata seorang preman berbadan besar, “eehh cewek loe kira-kira dong kalau nendang... kena kepala gue tau..” kata nya judes

“Maaf mas gak sengaja..” kata Sheilla ketakutan melihat badannya yang kekar.

“ enak ajah maaf doang.... loe harus ganti rugi,,,” bentak preman itu

“tapi mas.. kan lukanya gak parah..” kata Sheilla dia berusaha menekan rasa takutnya.

“eehh.. ngebantah lagi loe..” kata Preman galak, Sheilla sudah gemetar ketakutan dan saat akan mengapai tangan Sheill, tiba-tiba ada sebuah tangan yang memegang tangan preman itu. Sheilla melihat ke samping, ternyata Rangga

“sebaiknya loe pergi sebelum gue hajar Loe..” kata Rangga tegas,  dan ternyata sang preman adalah preman amatiran, badannya ajah kekar, tapi penakut, dia ketakutan melihat sorot mata Rangga.

“ampun bang.... maafin saya,,, saya khilaf..” kata Sang premen memohon pada rangga

“awas yah kalau gue liat loe masih bertebaran disini... gue bakalan langsung bawa loe kepenjara. ..” Preman mengangguk dan berlari pergi meninggalkan mereka.

“ngapai Loe disini..?” tanya Sheilla membentak rangga.sebenarnya Sheilla berusaha meredam ketakutannya.

“diotak loe gak ada kata terima kasih yah???” kata Rangga menatap  Sheilla tajam, dan Sheilla tak mampu lagi menyembunyikan rasa takutmya, tubuhnya gemetaran. Melihat hal tersebut  Rangga jadi iba. Dia memegang bahu Sheilla dengan kedua tangannya. Rangga menatap Sheilla, Ketakutan Sheilla memudar,

“Ayooo deh.... gue antar loe...”kata Rangga menawarkan diri, kalau dalam keadaan normal Sheilla pasti akan menolaknya, tapi tidak untuk saat ini, dia sangat ketakutan. Dia mengikuti Rangga dari belakang.

Sesampainya dirumah Billy, rangga turun dari mobil Sheilla

“udah sampe..  sekarang loe udah aman... “ kata rangga menatap Sheilla dan Sheilla yang ketakutan pun sekarang lambat laun jadi tak takut lagi. Sheilla diam-diam turun dan mengikuti Rangga.

“makasih...” akhirnya kata itu terucap juga oleh Sheilla , Rangga tersenyum tapi langkahnya terhenti, Rangga sudah berdiri mematung menatap  Rumah Billy, dia menatap lekat jendela kamar michelle yang masih menyala. Pikirannya melayang dan dipenuhi pikiran-pikiran tentang Michelle, dia terus menatap lekat, tatapannya penuh kesedihan, Sheilla melihat kesedihan itu, tapi dia terlalu enggan bertanya

“Masuk dulu..” tambahnya lagi akhirnya,

“enggak usah gue langsung pulang ..”kata rangga beranjak

“loe gak mau liat michelle???” tanya Shieilla, Rangga menghentikan langkahnya, menatap Sheilla, Sheilla hanya diam ditatap Rangga,mungkin rangga sedang bertanya dari mana dia tau tentang isi hatinya yang dia tutup rapat dan mati-matian dia sembunyikan. Pikir Sheilla. Tapi tampa mengucapkan sepetah pun Rangga memalingkan wajahnya  dan dia pun berlalu pergi, sebelum pergi lagi-lagi dia menatap sedih Rumah Billy. Dan kemudian die berlalu pergi, Sheilla sempat menatap jendela kamar Michelle sekelas.. kemudian setelahnya dia masuk ke rumah dan langsung menuju kamarnya.

Sinar matahari menerobos jendela kamar Michelle, Michelle mengeliat, dia enggan bangun dari ranjang. suara burung makin berisik melantunkan irama pagi di Balkon kamarnya, mereka meloncat-loncat seolah ingin membangunkan Michelle. Michelle membuka matanya, tapi belum sadar sepenuhnya, dia bangkit duduk dan menurukan selimutnya. Matanya dikerjab-kerjabkan, dan setelahnya dia mengucek-ucek matanya. Berusaha mengumpulkan kesadarannya yang masih melayang kemana-mana dialam mimpi tadi malam.

Sebenarnya michelle masih ngantuk, semalam mimpi itu datang lagi, setelah dia terbangun Michelle tak bisa memejamkan matanya lagi, dia terus menatap kosong langit-langit kamarmya, tapi matanya tak mau terpejam, kemudian dia bangkit dan berjalan ke balkon , Michelle menatap taman dengan matanya yang sendu, dia mengitari seluruh taman dengan matanya, dan akhirnya matanya tertuju pada balkon di sebelahnya, kamar billy. Michelle menatap kamar billy penuh dengan tatapan misterius, tak tau apa yang dipikirkan michelle. Setelah lama menatap kamar billy michelle akhirnya Michelle menatap langit yang penuh dengan bintang, malam yang indah, tapi tak seindah hatinya, bayangan-bayangan dari masa lalu terus bermunculan dari ingatannya. Hingga akhirnya subuh michelle baru mulai merasa matanya lelah dan akhirnya bisa memejamkan matanya dan tertidur. Michelle mengucek-ucek mata dan mengaruk kepalanya, dia mendongakkan wajahnya menatap jam dinding didepannya. Pukul 07.15 WIB. Michelle sontak kaget.

“Ahh.. gue kesiangan...baju billyyyy..” teriak michelle tertahan, dia bergegas turun, dan mengambil baju Billy. Bik Surti Heran saat melihat Michelle berlari dan langsung memasuki ruang baju billy.

“kenapa Non.. kok lari-lari..??” tanya bik surti

“aku kesiangan.... tadi malam belum sempat nyiapin bajunya Billy..” kata michelle panik. Setelah dia melilih baju dan dasi michelle berlari lagi ke kamar Billy. Untung tante Natasya sedang ditaman, kalau tidak bisa kena semprot, pikir michelle. Sesampainya di kamar billy, karena panik michelle langsung membuka pintu, untung billy sedang berpakaian. Dia mau mengancing kemejanya. Saat michelle masuk billy mengernyitkan dahinya.

“ini baju dan dasi Loe...”kata michelle, “loh .. kok udah ada..” kata michelle sebel, udah panik buru-buru ternyata sudah tersedia.

“untuk loe bawa yang lain.. kemeja ini kebesaran.. kata billy langsung membuka kemejanya yang memang belum terkancing. Mata michelle membulat melihat dada bidang billy tampa benang sehelai pun, wajah michelle langsung bersemu merah, dia langsung menutup wajahnya dengan telapak tangan dan membalikkan badannya.

“Biillyyyy... mesum banget sih loe..” teriak michelle, tapi billy malah cuek, dia malah mendekati michelle dengan keadaan tampa baju. Michelle merasakan hawa dan aroma parfum bully mendekat,

“Biiilllyyy.. loe mau apa... jangan mendekat,..” teriak Michellle sambil melangkah maju, Michelle mau meningalkan kamar billy. Tapi tangannya keburu billy tangkap, karena terlalu kuat menarik tangannya sehingga tubuh michelle jadi terhempas ke belakang, dan menabrak tubuh Billy. Michella  berdiri tepat didepan billy, tubuh michelle bersandar pada tubuh billy, billy memegang kedua bahu michelle dengan tangannya. Michelle mengangkat wajahnya, Billy sedang menatapnya dengan lekat, michelle jadi menatapnya juga. Sekarang mereka saling menatap. Wajah michelle bersemu merah, Mata Billy membulat, “Ooh.. Tuhan... ini cewek baru bangun tidur, dan pasti juga belum mandi tapi dengan pipi memarah gini dia kenapa kelihatan begitu Manis... aku jadi enggan melepaskannya... ohhh konslet Otak ku tambah parah .....”kata billy dalam hati. Melihat wajah Michelle masih bersemu merah, billy senang dan tampa sadar dia tersenyum melihatnya. Melihat Billy tersenyum Michelle sadar, dia pun cepat cepat menjauhi Billy.

“kenapa sih loe tarik tangan Gue..??” kata michelle ketus, dia berusaha menutupi kegugupannya.

“Loe mau kemana dengan baju Gue??” kata Billy menunjukkan bajunya yang masih michelle pegang, Michelle kaget dan sadar ternyata dia belum memberikan baju Billy.

“Nih... “kata michelle menyerahkan baju billy tampa memandang billy. Melihat Michelle Billy malah ingin mengodanya. Dia tak mengambil bajunya, billy malah berjalan dan berdiri dihadapan Michelle.

“Ngapain sih loe..” kata Michelle panik

“Gue mau ambil baju..” kata billy sambil mendekat dan mengambil baju dari tangan Michelle, michelle menutup matanya dan menahan napasnya saat billy mendekat. Billy tersenyum nakal.

“ngapain sih loe nutup-nutup mata segala..” kata Billy, “loe malu yah??? “kata Billy masih menyunggingkan senyuman nakalnya, sambil memakai kemejanya dia masih menatap michelle. Mendengar perkataan Billy Michelle kesal.

“Ngapain Gue malu..” kata Michelle menatap billy dengan mata menantang

“iyaa .. ngapain loe malu.. kalau nanti loe jadi istri gue.. Loe bisa liat setiap malam kok..’ kata Billy menggoda michelle

“iihhh... siapa yang mau nikah sama loe..” kata Michelle, tampa di perintahkan otak michelle, mata michelle malah menyelidiki tubuh billy, “waahh.. bagus juga badan cowok ini.. kulitnya putih trus dadanya bidang lagi” kata michelle dalam hati.. “hussss... Kok gue malah ngeliatin badan billy sih..” batin michelle malu menyadari kegenitan matanya. Wajahnya tambah bersemu merah, billy tersenyum nakal saat melihat wajah michelle.

“Loe Tergoda liat tubuh seksi gue yah??” Goda billy, mendengar perkataan billy Michelle melotot, bibirnya dia majukan.

“siapa juga yang tergoda.. sekilas diliat sih waaawww... tapi setelah lama-lama diliat biasa ajah.. gak ada yang isimewa..” kata Michelle mengejek dan langsung meninggalkan kamar Billy.

“eehhh.. malah ngatain body gue biasa-biasa ajah.. atletis gini..” kata billy menyelidiki tubuhnya sendiri.

Ke luar kamar billy michelle cepat-cepat masuk kamarnya, dia menghela napas lega. Dia memegang pipinya yang memerah, dan kemudian dadanya yang berdegup kencang. “dasar mesum..” kata michelle lirih dan kemudian masuk kekamar mandi.
 
Billy sedang duduk diruang tamu membaca koran
“loe kok belum berangkat??” tanya Sheilla

“gue nungguin Michelle..” kata Billy singkat, Sheilla mengernyitkan dahi, Billy paling benci dibuat menunggu, dia gak suka menunggu, dia tak pernah menunggu seseorang lebih dari 10 menit, tapi sekarang dia menunggu Michelle begitu tenang, bahkan tampa keluhan.

Michelle akhirnya turun dengan tergesa-gesa, dia yang tadinya berjalan setengah berlari berhenti saat melihat Sheilla, Sheilla menatapnya kesal, dan pergi tampa memperdulikan Michelle. Michelle hanya diam dan menarik napas panjang. Billy hanya menatap datar sikap Sheilla, dan dia bangkit saat melihat Michelle

“ayooo..” kata billy melangkah keluar dan Michelle pun mengikutinya dari belakang, mereka sama-sama masuk mobil dan mobil billly pun melaju meninggalkan rumah menuju kantor.

Selama dalam perjalanan Billy dan michelle tak banyak bicara, Michelle hanya diam menatap pemandangan diluar jendela, billy sesekali meliriknya. Pandangan mata michelle yang menerawang menembus dikejauhan, ada sesuatu yang sedang michelle pikirkan, tapi Billy tak tau apa, pandangan mata itu sama seperti tadi malam, saat michelle menatap taman dengan mata yang sendu. Pikiran billy kembali pada waktu Tadi malam,  billy tidur larut malam, karena ada sesuatu pekerjaan yang harus dia selesaikan. Saat dia sedikit lelah dia bangkit dari meja kerjanya dan menatap keluar jendela, dan saat dia hendak membuka pintu balkon, dia melihat Michelle berdiri dibalkonnya. Dia urung membuka pintu balkon dan memilih berdiri disana sambil menatap Michelle. Michelle masih berdiri tertegun, menatap nanar pemandangan didepannya, Billy menangkap ekspresi sedih dari matanya. kenapa Michelle kelihatan begitu sedih??? Apa yang dia pikirkan  sampai dia harus melamun tengah malam begini??? Siapa yang ada dalam pikirannya??? Semua pertanyaan itu berkecamuk dalam hatinya. Billy masih terus menatap hingga akhirnya michellle kembali masuk kekamarnya dan billy pun berjalan ke ranjangnya dengan perasaan penasaran yang masih berkecamuk dalam hatinya.

Dan rasa penasaran itu kembali menyelimuti hatinya, ingin rasanya bertanya pada michelle, tapi dia tak yakin michelle akan menjawabnya,

“kemaren loe ketemu ama pak kepala desa??? Bagaimana dengan percetakan,,” akhirnya pertanyaan itu yang keluar dari mulut Billy, Billy sepetinya menelan lagi rasa penasarannya, dia tidak percaya diri untuk bertanya.

“Ketemu katanya nanti dia kabari lagi soal waktu musyawarahnya paling lambat dalam 2 minggu ini.. dan pihak percetakan sudah menyelesaikan 50 % pekerjaannnya..” kata Michelle masih menatap keluar jendela. Tadi sebelum naik mobil lagi-lagi dia menerima SMS dari Ariel, isinya tetap sama, “Cewek udik.. jangan pernah bermimpi loe bakal jadi tunangan billy beneran...  buat Billy Loe itu Cuma batu kali biasa yang bisa diinjak jadi jangan bermimpi menjadi batu berlian... “ . biasanya Michelle akan mengabaikan SMS ariel, tapi entah mengapa sekarang dia jadi begitu melankolis saat mengingat hubungan Billy dan Ariel. Ada rasa sedih, marah dan kesal. Dan kemarahan dan kesedihannya itu bukan karena hinaan Ariel tapi ada sesuatu yang lain yang menganjal hatinya. Michelle masih menatap pemandangan yang mereka lalui, Billy memilih tak bertanya lagi, dia bisa merasakan mood michelle yang sedang jelek, dia tak ingin bertengkar dengan michelle. Dan akhirnya keheningan pun mengiringi perjalannan mereka.

Dikantor Billy dan michelle langsung malakukan pekerjaa mereka, mereka larut dengan pekerjaan masing-masing.

Waktu telah menunjukkan pukul 10.00 wib, ditengah kesibukannya Billy melihat michelle. Michelle tengah asik dengan pekerjaannya, tiba-tiba rangga datang, dia meminta sesuatu pada michelle, michelle meyerahkan sebuah berkas, Rangga tersenyum michelle membalas senyumnya. Rangga tak langsung bereanjak dari meja michelle, sepertinya dia sedang menjelaskan tentang sesuatu pada michelle, sesekali mereka tertawa gembira. Billy metatap tajam kearah mereka, dia mengepalkan tangannya menahan gejolak hatinya. Berbagai macam rasa berkecamuk dalam hatinya, ada  kemarahan dan kesedihan dimata billy, “kenapa loe begitu gampang tersenyum saat loe bersama Rangga.. kenapa dengan gue enggak..” batin Billy. Dia masih menatap Michelle dan rangga, Michelle reflek melirik kearah billy, dia melihat billy sedang menatap mereka, dan akhirnya mereka saling tatap dari dikejauhan.

“michelle aku kembali keruangan ku dulu yah..!!” kata Rangga memecahkan lamunan Michelle, michelle memalingkan wajahnya dari billy dan menatap Rangga

“aahhh iyaa mas... makasih ya..” kata Michelle tersenyum manis, melihat semuman michelle reflek Rangga mengelus kepala michelle dan rangga mengangguk sambil tersenyum manis, dan dia pun meninggalkan michelle.

“Traakk..” Pulpen billy patah, giginya merapat, tanda dia sedang menahan kemarahannya. Dia benar-benar kesal melihat kejadian tadi. Dilihatnya michelle yang sudah mulai asik kembali dengan pekerjaanya. Billy begitu kesal melihat Michelle, dia pun mengambil berkas dan melanjutkan pekerjaannya, tapi tak lama dia menghempaskan tubuhnya ke kursi . billy memegang kepalanya yang sakit, kosentrasinya buyar. Dia makin kesal, harusnya tak akan ada seseorang yang bisa mengusiknya dan membuyar kosentrasinya, tapi semenjak michelle hadir dalam hidupnya Moodnya jadi gampang berubah, michelle selalu dengan mudah dapat mengusiknya.

Sheilla sedang menyetir mobilnya. Dia melajukan mobilnya menuju kantor Billy, sesekali dia belihat bungkusan yang terletak di kursi sampingnya sambil tersenyum. Tidak berapa lama akhirnya Sheilla sampai, dia membuka mobilnya mengambil bungkusan dan berjalan menuju bagasi mobil, Sheilla kemudian membukannya, terlihat banyak bungkusan kotak didalam bagasi itu, dia celingak celinguk memcari bantuan dan akhirnya di melihat jeki dan seorang OB tengah mengebrol

“hei,,, kalian... kemari...” Panggil Sheilla, Jeki dan OB menoleh, mereka menghampiri Sheilla ‘’kalian bawa neh semua bungkusan makan siang ini kedalam,” perintah Sheilla kemudian menyerahkan kunci mobil kepada jeki dan berjalan menuju kantor. Dengan sigap Jeki dan OB itu membawa bungusannya.

Sheilla berjalan menuju ruangan Eza, Sheilla tampa sengaja melihat rangga, rangga tengah asik dengan pekerjaannya dia hanya menatap Sheilla sekilas dan melanjutkan pekerjaannya, Sheilla mencibir Rangga kesal. Sheilla meyusuri tiap ruang mencari Eza, masuk ke ruangannya tapi eza tak ada dia kembali turun dan melihat Eza eza diruangan rapat besar, Eza dan Michelle serta beberapa karyawan sedang mengobrol, sepertinya obrolan mereka begitu seru, sekali-kali mereka tertawa. Melihat eza dan michelle tertawa bahagia, Sheilla kesal dan marah, dia menatap pemandangan itu dengan hati dongkol, apa lagi saat dia melihat Eza memegang rambut Michelle, padahal Eza sedang mengambil  kertas yang yangkut dirambut michelle. Michelle kaget, Eza menunjukkan kertasnya dan mereka pun saling senyum.

Sheilla begitu kesal menyaksikan peristiwa itu dan ternyata dibelakangnya billy sudah berdiri mematung juga, dia juga menyaksikan pemandangan itu, “aahh .. itu Eza kenapa jadi nyebelin banget,, kenapa semua orang begitu gampang menyentuh rambutnya...pengen rasanya makein michelle helm... “ batin Billy frustasi. Billy akhirnya menyadari keberadaan Sheilla

“ngapain loe berdiri disitu.. ??” tanya billy memecahkan lamunan Sheilla, Sheilla kaget dan menatap billy cemberut.

“gue bawa makanan buat  loe dan seleuruh karyawan Loe..” kata Sheilla

“bilang ajah sebenarnya buat Eza, tapi biar kelihatan baik dan cool, loe beliin deh buat semuanya..” kata billy mencibir.

“harusnya loe berterima kasih, hari ini loe gak harus ngeluarin biaya makan siang..” kata Sheilla kesal pada sepupunya itu. sheilla melangkah mendekati Eza, Michelle bangkit saat melihat Sheilla. Sheilla berjalan dengan angun dan melewati michelle, seolah-olah michelle tak ada. Michelle tersenyum menerima perlakuan Sheilla,

“kak ini aku bawain makan siang buat kakak..” kata Sheilla tersenyum kearah Eza dan menyerahkan bungkusannya pada Eza, eza menerima bungkusan itu sambil tersenyum.

“buat yang lain juga ada kok.. dipetri...” kata Sheilla kepada keryawan lain, sontak tampa dikomando mereka bangkin dan berjalan menuju pentri. Lagi-lagi Michelle dicuekin, dianggap tak ada.

Michelle hanya tersenyum dan meninggalkan mereka berdua. Saat berjalan menuju mejanya dia dihalangi oleh billy yang masih berdiri memantung. Michelle mengernyitkan dahi melihat billy menatapnya tajam, ada kemarahan, “ada apa lagi sih,, perasaan, aGue sudah menyelesaikan pekerjaan gue, kenapa billy kelihatan marah gitu..” tanya michelle pada diirinya sendiri. Dia binggung. Michelle berhenti tepat di depan Billy

“kenapa??” tanya Michelle tapi bukannnya menjawab billy malah mengacak-acak rambut michelle gemas, walaupun dikuncir tapi karena billy mengacak-acaknya dengan kemarahan membara sehingga berantakan lah rambut michelle,

“billlyyy...kenapa loe acak-acak rambut gue” kata Michelle kesal sambil mencoba merapikan rambutnya, billy menatapnya sejenak lalu pergi meninggalkan michelle,

“dasar aneh,,” kata michelle setengah berteriak, dan pergi menuju kamar mandi merapikan rambutnya.

Billy berbalik menatap michelle yang tengah berjalan ke kamar mandi. Dia menghela napasnya, “lama-lama gue bisa gila kalau begini terus..” kata Billy dalam hati.

“treeett.. treeeettt..” suara HP billy bergetar dan membuyarkan lamunannya.

“Haloo...” sapa billy

“hei billy.. masih ingat sama gue... ??? gue Gio... temen loe pas di LN dulu..” kata seseorang diseberang sana,

“oohhh.. Loe Gio... apa kabar?? Di indo loe sekarang..” kata billy

“iyaahh.. udah lama juga gue disini hampir setehun, loe ajah yang begitu sibuk gak bisa nongkrong bareng...” kata Gio

“Sorry.... ya udah nanti deh kita nongrong.. loe maunya kapan dan dimana??” kata Billy sedikit antusias, Gio adalah teman dekatnya di kampus

“Nanti malam ajah.. loe datang ke acara Ultahnya gue... di hotel Mized.. “ kata gio diseberang

“Hari ini Loe ulang tahun??” kata Billy kaget,

“loe udah lupa sih... Iya ... loe datang yah jangan lupa bawa tunangan loe... gue dengar loe udah punya tunangan.. gue mau liat tunangan loe... awas kalau enggak..” kata Gio setengah mingancam, billy tertawa mendengar ancamannya.

“okee ... “ kata billy singkat

“gue tunggu..”Gio pun menutup telponya billy juga, dia tersenyum senang, kagen juga dengan Gio, dia jarang ngumpul dengan Gio karena kesibukan mereka masing-masing.

Michelle baru kembali dari toilet. Billy menatapnya lekat, Michelle mengernyitkan dahi, reflek Michelle memegang kepalanya dengan kedua tangannya, takut Billy mengacaknya lagi. Billy tertawa melihat ekpresi lucu michelle, Michelle malah tambah memanyunkan mulutnya.

“mulai nanti sore sampe malam loe harus ngosongin jadwal Loe.. gak boleh kemana-mana ..” kata billy serius

“kenapa??” tanya Michelle polos

“kita punya kerjaan penting..” jawab billy sambil tersenyum nakal. Michelle tak melihat senyuman billy dia hanya menganggu pasrah. Michelle pun berjalan ke patri tiba-tiba dia haus. Dia panti tak ada siapa-siapa. Michelle mengambil gelas dan menuangkan air putih, dan saat berbalik, hampir saja dia menyemburkan air putih yang ada dimulutnya tapi tak jadi dia menelannya, dan akhirnya dia tersedak.

“huukkk... hukkkkk...” Sheilla telah berdiri didepannya “ngapain loe tiba-tiba berdiri didepan gue.. enggak loe gak billy sama ajah.. bikin kaget..” tambah michelle setelah dia meredakan batuknya.

“Loe lupa ama peringatan gue??” tanya Sheilla kesal

“soel Eza??? Gue dan Eza murni hanya rekan kerja... gak ada hubungan khusus.. loe sendiri bilang kalau gue ini hanya dianggap mirip seseorang oleh eza kan?? Berarti perlakuan Eza ke gue murni bukan karena gue tapi karena bayang-banyang seseorang itu..” kata michelle, Sheilla tau dan setuju dengan michelle, tapi justru itu juga membuat Sheilla kesal, bayangan itu tak ada disini, dia tak tau harus kemana menyalurkan kekesalannya, pilihannya hanya satu michelle.

“Tapi loe gak usah keganjenan gitu... gue gak suka..”  bentak Sheilla

“sebenarnya loe gak suka ama gue?? Apa gak suka Eza dekat-dekat Gue..???’ tanya Michelle heran

‘Semuanya yang ada didiri loe gue gak suka.. setiap mengeliat loe gue pengen marah” kata Sheilla ketus, Yah.. Sheilla tak tau kenapa saat melihat michelle dia kesal, marah, sia begitu mudah mengambil hati orang-orang, Om surya, Oma, Kak masya, mas vino, Kak Eza, bahkan rangga juga, dan sepertinya billy juga mulai tertarik dengan michelle, bukan hanya itu bahkan semua pembantu juga bisa begitu akram dengannya dan yang paling dia benci mamanya juga bisa begitu tenang didekat michelle. Sheilla jadi tambah kesal dengan michelle, dia tak tau kenapa mungkin sebenarnya dia iri dengan Michelle, Sheilla tak bisa seperti michelle yang bisa gampang  bergaul dengan siapapun. Sheilla menatap michelle tajam dan dia meninggalkan michelle sendirian di pantri.

Michelle mengembuskan napasnya kuat, dia menatap kepergian Sheilla dan menganggkat bahu. Michelle pun kembali mulai bekerja. Tampa Sheilla dan michelle sadari ternyata Ariel ada di balkon pantri, tadinya dia datang ingin mencari billy, tapi sesaat dia melihat Sheilla dan dia mengikuti Sheilla dari belakang. Dia medengar pembicaraan Sheilla dan Michelle. Ariel tersenyum di balkon

“Gue bisa mamfaatin Sheilla... “ katanya sersenyum girang. Dan Ariel pun tak jadi menemui Billy dia kembali pulang dengan hati yang gembira, pikirannya dipenuhi rencana rencana.




Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar