Senin, 08 September 2014

BilChell LOVE STORY
BAB 38

“awaaasss Michellee..”  tiba-tiba seseorang datang dan melindungi michelle, untung saja batu itu hanya menyerempet bahu orang yang melindungi Michelle.

“kamu gak papa michelle..” orang itu ternyata Eza, Eza memeluk bahu Michelle, Michelle mengeleng dan melihat paris

“kamu gak papa paris..????” michelle jongkok memeriksa Paris. dan tampa disadari Michelle di dalam ruangan itu sudah banyak orang. Perawat, Bik Surti, pak tarno, Mas vino, Kak marsya yang berlari ke arah paris dan michelle, Billy juga dan di luar pintu Shilla berdiri mematung, dia masuk berlahan keruangan, tapi saat melihat Sheilla wanita itu malah tambah histeris,

“aaahhhhhgggggg.....” teriaknya lagi, wanita itu terus meronta-ronta, Sheilla menatap nanar kearah wanita itu, dia berdiri mematung. Semua orang mencoba menenangkannya, Billy, mas Vino dan Pak tarno memegangi wanita itu, sang Perawat mengambil suntikan dan menyuntik wanita itu, lambat laut wanita itu pun tenang dan tertidur, Vino dan Billy memapahnya ke tempat tidur. Sheilla menatap eza, eza mesih memeluk michelle dengan pandangan takut dan khawatir.

“kalau kamu mau matii kenapa enggak mati ajaa.. kenapa kamu haruusss hidup dengan keaadaan seperti ini..” Teriak Sheilla, Michelle kaget, dia mengernyit kan dahinya

“Sheeiiilllllaaaa...” teriak billy, ada kemarahan dimata billy. Sheilla berlari meninggalkan ruangan. Eza melepaskan tangannya dari bahu michelle dan berlari mengejar Sheilla

“Sheilllaaa..” teriaknya sambil mengejar Sheilla.

Kak marsya menggendong Paris keluar bersama Mas Vino, Michelle masih memandang wanita itu lekat, binggung dan Heran, bermacam pertanyaan muncul dibenaknya, siapa wanita iu?? Kenapa dia bisa terisolir disini???.  Perawat  memngikat tangannya,

“kenapa diikat ???” tanya Michelle lirih,

“saat dia bangun dia nanti pasti mengamuk lagi..jadi sampai dia tenang dia kan diikat..” billy menatap wanita itu dengan sedih, dielus-elusnya tangan wanita itu yang terikat. Ada satu butiran air mata jatuh, tapi billy kemudian menghapusnya. Dia menatap michelle marah dan menarik tangan michelle kuat dan menyeretnya keluar dari ruangan.

Sheilla berlarian keluar rumah, dia terus berlari sambil menangis, sampai akhirnya dia berhenti ditaman, dia menangis sesunggukan, air matanya mengalir deras.

“Sheilla..” kata suara lembut dibelakangnya, dia tau suara itu, dia begitu hapal dengan suara itu

“Lebih baik kak Eza pergi.. aku mau sendiri,,” kata Sheilla tampa menoleh.  Eza mundur beberapa langkah tapi dia tidak pergi. Dia lebih memilih diam berdiri disana memperhatikan Sheilla, Sheilla terduduk melipat kedua kakinya, wajahnya dia sempunyikan diantara lututnya. Dia masih menangis terisak.

Sementara itu di rumah billy, terlihat billy menyeret Michelle menjauhi ruangan yang dulunya michelle anggap misterius.

“Billy sakitt..” michelle meronta, Billy berhenti dan memandang Michelle

“Ngapain Loe keruangan itu..???” tanya Billy marah

“gue gak sengaja..gue mau nyari Paris, tapi ternyata paris ada didalam, pas gue buka ruangannya gak terkunci. “ michelle menjelaskan, serem rasanya melihat billy marah seperti ini,

“ingat gue peringatin ama Loe, lain kali jangan pernah nginjakin kaki loe di ruangan itu lagi... Ngerti???” kata Billy tegas. Michelle hanya diam, Tiba- tiba Billy memegang kepala michelle dengan kedua tangannya. Dia menatap wajah michelle lekat, dan billy mendekatkan wajahnya kearah michelle, wajahnya kelihatan serius, makin dekat dan dekat, semakin Billy mendekat Michelle meundur, “Billy mau apa sih??” katanya dalam hati, Michelle kikuk, khawatir, dia pun makin memundurkan langkahnya, tapi billy terus mendekat dan sehingga jarak mereka kira-kira 20 cm, billy berhenti, dia  lalu melepaskan kepala michelle dan dia meninggalkan michelle begitu saja. Pergi dan entah kemana membuat Michelle terbengong heran.

Dirumah Sakit terlihat Shilla dan Indra tengah duduk diruang tunggu, nama indra belum dipanggil, indra kelihatan pucat, Shilla melirik heran,

“menurut Loe nanti gue bakalan disuntik gak??? “ tanya Indra pucat

“mana gue tau.. ,memangnya gue dokter, paling mungkin harus dioperasi kali..” kata Shilla cuek.

“ehh kayak nya gue udah sembuh deh, gak usah diperiksa lagi..” kata Indra bangkit dan mau kabur

“mau kemana loe..???” tanya Shilla, kesal “Gak bisa loe harus diperiksa , gue gak mau besok besok setiap kali bertemu, loe selalu ngekorin gue minta pertanggung jawaban gue.” Kata Shilla tegas. Indra terdiam pasrah, Indra makin memucat. Shilla heran ngeliat Indra yang sudah memucat.

“ kenapa loe jadi pucat begitu... loe sakit??? Kalau sakit ke UGD ajah..” kata Shilla memaksa.

“Gue baik-baik aja kok... ini karena kulit gue kelewat putih makanya kelihatan pucat..” kata indra ngeles, “cewek ini gak boleh tau kalau gue lagi ketekutan nanti dia malah Hillfeel sama gue.. bisa- bisa rencana gue gagal..” indran berkata dalam hati.

“saudara Indra..” panggil perawat, deg.. jantung indra berdetak kencang, keringat dingin bercucuran dari wajahnya, Shilla menatap heran, Tapi demi terlihat maco Indra memberanikan diri masuk kedalam ruang Dokter ortopedi. 20 menit kemudian mereka keluar, wajah indra Sumrigah.. lega “untung gak disuntik..” katanya dalam hati. Shilla berlalu pergi ke Kasir membayar semua biaya dan berjalan mendekati indra dengan Ampop besar ditangannya.

“nih.. hasil Ronsen kaki loe...  sekarang urusan kita udah selesai... gue pergi..” kata Shila menyerahkan amplop itu ke indra dan berlalu pergi meninggalkan Indra. Indra mengejar Shilla

“Eehhh... Tunggu... “ Indra mencegah Shilla pergi, Shilla mengeryitkan dahi heran. “kita belum kenalan..” kata Indra tersenyum

“buat apa...??? loe udah tau kan nama Gue Shilla, dan gue juga udah tau nama loe Indraa..” kata Shilla mengangkat bahu.

‘Kenalan secara resmi gitu, jabat tangan kayak gini..” kata Indra mengambil tangan Shilla dan memegangnya “wahh.. ternyata tangan loe itu halus banget yah..??” kata Indra malah mengelus-elus tangan Shilla.

“lepasin ??” shilla mulai kesal, Indra malah cengengesan dan makin kuat memegang tangan Shilla..” Lepasin gak??? Gue itung ampe 3 kalau loe gak lepasin gue,, gue tendang kaki loe sampai patah..” kata Shilla sadis

“ihh,.. kamu galak banget sih.. tapi kalau marah kamu malah tambah cantik..” Indra makin menjadi, Shilla bukan tipe cewek yang suka digombalin, sekarang kemarahannya sudah mencapai ubun-ubun.

“satu.... “ kata Shilla menatap tajam Indra, indra masih cengengesan

“dua...” Shilla sudah mengambil ancang-ancang... Indra menatap Shilla, “kayaknya ni cewek serius..” batinnya getir

“Tiiiiigaaa...” Shillla sudah akan menendang Indra, Indra langsung melepaskan tangannya

“iyaa.. iyaaa... galak banget sih..” kata Indra, Shilla cuek dan meninggalkan indra sendirian di rumah sakit. Dia tersenyum melihat kepergian Shilla.. “gak papa... ini baru awal.. lambat laun, loe pasti jatuh cinta ama gue..” batin Indra Pede.

Sementara itu ditaman Sheilla masih menangis, tapi sudah tak sekencang tadi, sekarang tinggal isak-isakan kecil, Eza masih setia menunggunya. Sheill menganggkat wajahnya melihat sekeliling, dan Dia keget dilihatnya eza masih duduk disana, Eza tersenyum saat Sheilla melihatnya. Entah mungkin karena lelah Sheilla pun bangkit dan akan berjalan pulang, saat bangun tiba-tiba ada rasa nyeri ditepalak kakinya, dia memandang telapak kakinya, ternyata dia berlari dari rumah tampa Alas kaki. Sheilla berjalan sambil meringis, tiba-tiba Eza memegang tangan Sheilla, Sheilla menghentikan langkahnya dan menatap Eza.

Eza membuka jaketnya dan memakaikannya ke Sheilla, dia menghapus airmata yang masih tersisa di pipi Sheilla. Eza menatap Sheilla sedih, kemudian Eza pun menggendong Sheilla dipunggungnya. Sheilla kaget.

“ Turunin aku kak... aku bisa jalan sendiri..” kata Sheilla meronta

“dengan kaki seperti itu..” kata Eza... “udahh diam ajah.. aku akan mengantar kamu pulang.. lagian bukan sekali ini kan aku gendong kamu gini...” kata Eza memaksa, Sheilla pasrah, dia menyandarkan kepalanya di punggung eza, Hangat.

“bagaimana aku bisa menyerahkan punggung hangat ini untuk orang lain... karena punggung hangat ini aku bisa bertahan sampai saat ini..” kata Sheilla dalam hati, ada butiran air mata jatuh lagi, air mata Sheilla jatuh membasahi punggung Eza. Sheilla memajamkan matanya menikmati kehangatan punggung Eza dan Eza hanya diam menggendong Sheilla pulang ditemani cahaya bulan sabit.

Michelle masih berdiri diruangan tadi ditempat Billy meninggalkannya sendiri,

“Michelle..” tiba-tiba ada suara menghampirinya,

“Kak Marsya..” kata Michelle “ Maaf kak.. tadi aku gak sengaja buka pintu ruangan itu..” kata Michelle lagi

“iyaa... aku tau... ..Kamu pasti kaget dan binggung... ??” kata kak Marsya, michelle mengangguk
“ Tadi itu adalah mamanya Sheilla..” kata kak Marsya lirih,

“mamanya Sheilla kak..???” kata Michelle kaget, “bukannya mamanya Sheilla...” kata Michelle terputus

“bunuh diri??? Meninggal???” kata Marsya, Michelle diam “ Menurut rumor yang beredar dan saksi mata bilang kalau saat itu Tante Amara melemparkan dirinya ke mobil, tapi tak ada yang tau kisah sebenarnya. Satu-satunya saksi mata adalah Sheilla kecil, tapi saat dia bangun dari pingsan dia tak ingat apa-apa..” kata Kak Marsya sedih, pikirannya menerawang pada kejadian waktu itu.

“ dan karena kejadian itu tante amara mengalami koma hingga berbulan-bulan, dan saat dia bangun dia sudah jadi seperti ini, dulunya oma dan papa menitipkannya di panti rehabilitasi, berharap Tante amara sembuh.. tapi Tante amara selalu berusaha kabur dari panti.. dan setiap bertemu anak kecil dia selalu berteriak dan berusaha memeluknya..” kata kak marsya sedih. Michelle mendengarkan dengan seksama.

“mungkin dia kangen Sheilla..” kata Michelle meluncur begitu saja.

“iyaa.. dia memang kangen Sheilla... karena itu Oma dan papa membawanya pulang.. berharap dia bisa sembuh... Tapi saat melihat Sheilla dia bukan malah senang, dia malah marah, histeris dan melemparkan Sheilla dengan apa yang ada..” kata Marsya

“Kenapa kak..” tanya michelle

“kata dokter.. waktunya berhenti saat kejadian malam itu, yang dia ingat Sheilla hanya gadis kecil, dan setiap melihat wanita muda dia akan ingat wanita yang pergi bersama suaminya.. makanya dia histeris.. bukan hanya melihat Sheilla, aku juga..” kata kak Marsya sedih.

“kamu tau dulu itu tante amara orangnya baik banget.. dia lembut dan penuh kasih sayang... aku dan Billy begitu dekat dengannya... terutama Billy... dia sayang banget ama Tante Amara..” kata Marsya, “pantas saja tadi billy kelihatan sedih dan marah, Batin Michelle, Michelle melihat ada butiran air mata jatuh dipipi kak Marsya, Michelle memeluk kak Marsya. Marsya balas memeluk Michelle berdua mereka saling berpelukan. Rumah ini menyimpan luka yang sangat dalam, sekarang Michelle mengerti arti tatapan kesepian Sheilla.

Sesampainya di rumah billy, Sheilla tertidur digendongan Eza,mungkin karena terllalu lelah. Eza memasuki rumah berlahan, dia tak ingin membangunkan Sheilla, Eza berusaha membuka pintu kamar Sheilla, Michelle yang hendak ke atas melihat itu, michelle membantu eza membuka pintu kamar Sheilla. Eza masuk, Michelle hanya berdiri diluar dan menutup pintu kamar Sheilla kembali. Di kamar Sheilla , eza menidurkan Sheilla di ranjang. Eza menatap sedih Sheilla, dia membelai lembut rambut Sheilla dengan sayang, Buat Eza Sheilla sudah seperti adiknya sendiri, di hapusnya air mata dipipi Sheilla, “saat aku kembali di LN kamu selalu tersenyum, aku kira luka dihati kamu sudah sembuh, tapi ternyata luka itu tak pernah sembuh...” batin Eza dan terakhir Eza menyelimuti sheilla dan keluar meninggalkan Sheilla yang tangah tidur.

Di luar Eza bertemu dengan Michelle,

“tadi kamu gak papa michelle..?? ada yang luka??” tanya Eza

“oohh.. gak papa mas... terima kasih mas udah menolong saya.. mas gak papa??” tanya Michelle,

“Ahh gak pa-pa... Cuma keserempet..” kata Eza tersenyum dan menatap michelle lekat, tiba-tiba eza mendekatkan tangannya ke wajah michelle, dia menyibak rambut michelle, michelle heran dan reflek mudur kebelakang.

“itu kening kamu terluka..” kata Eza, Michelle kaget dan memalingkan wajahnya menatap kaca di ruang tamu,

“oooh iya.. mungkin tadi kena botol plastik..” kata michelle santai

“billy mana??’” tanya Eza

“Billy  gak tau ada dimana, tadi dia pergi.. tapi gak tau kemana..” kata Michelle mengangkat bahu..

“sudah malam.. aku pamit pulang.. sampaikan salam ku untuk billy yah..” kata Eza tersenyum, michelle mengangguk dan Eza pun pulang. Setelah melihat Eza pergi michelle membalikan badannya dan hendak pergi menuju kamar. Tapi alangkah kagetnya dia saat melihat billy berdiri di belakangnya diam menatanya tajam.

“aahh... loe itu kenapa sih selalu datang diam-diam... buat gue kaget ajah..” kata Michelle mengurut dadanya kerena sekarang jantungnya berdetak kencang karena kaget. Bukan malah menjawab billy Cuma diam menatap michelle, dia melangkah mendekati michelle dengan wajah serius, michelle mengernyitkan dahinya, dia binggung apa yang akan dilakukan billy lagi, wajahnya terlihat serius, michelle pun melangkah mundur saat billy mendekatinya.

Michelle binggung tak tau billy akan melakukan apa... dia melangkahkan kakinya mundur, dia tak sadar kalau dibelakangnya ada turunan, dan saat Michelle akan jatuh Billy dengan Sigap menangkapnya. Tangan kanan billy memegang tangan kiri Michelle, tangan kirinya memeluk bahu michelle erat,  sekarang wajah mereka begitu dekat, Billy memandang Michelle lekat, sangat dekat, sehingga dia bisa mendengar suara michelle bernapas. Michelle memandang wajah billy yang begitu dekat, sangking dekatnya Michelle bisa merasakan hembusan napas billy yang menerpa wajahnya. “kalau diliat liat.. si Billy ganteng juga.. hidungnya yang mancung, kulitnya yang putih, matanya yang teduh..eehh kok gue jadi menikmati begini sih..” kata michelle dalam hati.

“billy.. “ pangil michelle dan Billy pun tersadar, dia melepaskan michelle, dan berbalik pergi, tapi saat dia akan melangkah tiba-tiba billy berbalik lagi.

“awwwww...” Billy menepuk kening michelle yang terluka dan billy pun berlalu pergi meninggalkan Michelle yang kesakitan. Saat michelle memegang keningnya, ada sesuatu di keningnya yang terluka.Ternyata Handiplas, Billy menepuk keningnya yang sakit sambil menempelkan handiplas.

 Michelle tersenyum, “lucu juga si Billy, mau pasang handiplas yah pasang ajah.. ngapiain pake aksi misterius gitu, ternyata dia perhatian juga..” sambil tertawa michelle pun naik dan masuk kekamarnya.

Dikamar billy  berdiri bersandar ke pintu kamarnya, matanya membulat, napasnya teregah –egah, deg,, dug.. deg.. dug.. Billy memegang dadanya. “kenapa gue jadi deg degan gini...” katanya lirih berjalan menuju ranjang sambil memegang dadanya masih berdegup kencang.

“ahh.. ada apa dengan diri gue..????” kata billy berbicara sendiri, dia memegang dadanya.  Sambil mengelu-elus dadanya, pikiran billy menerawang entah kemana-mana, terbayang wajah michelle, senyumnya, marahnya, semua terlintas seperti foto-foto yang dislide. Dan akhirnya billy pun tertidur

Hari sudah Subuh, billy terbagun karena suara ketukan dikamarnya, “tookkk.. tokkkk..”, billy bangkit dari ranjang menuju pintu, saat dibuka ternyata Michelle tengah berdiri didepan pintu kamarnya, michelle memegang baju dan dasi ditangannya.

“ngapain loe bangunin gue pagi-pagi gini..???” kata Billy masih mengucek-ucek matanya dan mengumpulkan rohnya yang tercerai berai saat tidur

“ Gue mau kasih baju buat loe... karena mulai hari ini gue ikut kekantor bareng loe, jadi terpaksa gue harus nyiapin baju loe lebih pagi... jadi mulai sekarang loe.. siap-siap gue bangunin subuh-subuh gini..” kata Michelle menyerahkan baju ke tangan billy dan dia berlalu pergi masuk kekamarnya yang ada disebelah billy.

Billy masuk kekamar mandi dan bersiap, setelah rapi Billy turun kebawah dan langsung duduk dimeja makan, Michelle keluar dari dapur dengan membawa dadar gulung, marsya membawa nasi goreng, pagi ini tante natasya tak ada dirumah, dia menemani oma yang membawa Tante Amara ke rumah sakit. karena itu dia dan kak Marsya mengambil alih tugas menyiapkan sarapan,

“ini Pa... nasi goreng buatan aku...” kata kak Marysa

“biar aku rasa dulu Pa... mungkin nanti gak enak,,, papa jadi sakit perut..” kata Billy, Marsya meleparnya dengan serbet

“jangan gitu Bil.. Marsya masakannya enak kok.. kamu ajah gak pernah coba..” kata mas Vino membela istrinya

“enak buat mas belum tentu enak buat aku... Selera mas kan aneh.. kuah Soto keasinan mas bilang enak..” kata Billy mencibir.

“selera kamu tuh yang aneh.,.” kata kak marsya mengejek

“Enak kok... “kata Om Surya,

“Yang benar Pa..”kata Marsya, Billy heran, dan mengambil juga nasi goreng buatan Marsya dia menyedokkan nasi goreng itu ke mulutnya. Billy tak bersuara “bener juga enak..” kata billy dalam hati

“pasti ini michelle yang buat...??” kata Billy curiga

“Yaelaahh... mentang-mentang tunangannya pinter masak... semua yang enak-enak mesti tunangannya buat..” kata Marsya mengoda

“itu beneran kak marsya kok yang buat...” kata Michelle. Billy tak percaya

“istri ku ini juga pinter kok masak... Cuma dia jarang masak ajah..”kata mas vino merangkul istrinya maersa, kak marsya tersenyum senang.

“pagi-pagi udah ngerusak mata..” kata Billy manyun, Marsya dan mas Vino tertawa, Om surya hanya tersenyum, bahagia melihat anak perempuannya bahagia, dan melihat billy dan Michelle yang mulai akrab om surya juga senang.

“Sheilla mana ??? gak sarapan..???” tanya Michelle melihat pintu kamar Sheilla, kak Marsya mengeleng

“gak papa.. nanti biar aku antarin makanan ke kamarnya.. kamu berangkat kerja ajah dengan billy..” kata Marsya, Billy, michelle dan om surya melanjutkan makannya. Setelah selesai mereka beranjak dan pergi kekantor masing-masing.

Shella tengah duduk di sebuah taman atap cafe bean, dia melihat pohon cemaya yang bergoyang-goyang, menatap kendaraan yang lalu lalang. Teringat peristiwa kemaren, terbayang wajah ibunya, sakit dan pedih. Kerinduan dan kesepian, terlihat di sorot matanya. Tiba-tiba Sheilla berdiri dan melangkah, terus melangkah dan dia berhenti tepat diujung gedung cafe bean, ujung telapak kakinya sebelah telah melewati pinggir gedung. Sheilla memejamkan matanya dia meresakan angin yang berhembus menerpa wajahnya.

Sheilla merentangkan tangannya, menikmati hembusan angin yang bertiup menerpa wajahnya, airmatanya yang mengenang di pinggir mata terbang ditiup angin. Dan tiba-tiba dia merasa ada seseorang tangannya, Sheilla kehilangan keseimbangan, dan jatuh meninpa orang yang menarik tangannya.

“loe udah gila yah??? Mau bunuh diri??”  bentak seorang cowok yang menariknya. Sheilla membuka matanya ternyata rangga. Rangga menghela napas lega, dia menatap Sheilla dengan sorot mata penuh kemarahan.

“jadi cewek itu harus kuat, jangan Cuma gara-gara Eza loe mau bunuh diri.. cowok didunia ini tuh banyak...” Rangga nyerocos tampa henti, Sheilla heran baru kali ini dia melihat Rangga begitu cerewet. Sheilla tertegun menatap wajah Rangga, dia masih ada di atas rangga, Rangga menatapnya lekat.

“jadi cewek itu jagan bego...” kata rangga lagi, dikatai bego Sheilla kesal.

“siapa yang mau bunuh diri.. Loe ajah sok tahu.. “ kata Sheilla kesal, karena sama-sama marah mereka tak menyadari pose meraka sekarang, Rangga setengah terduduk, badannyabersandar di dekat pot palem, Sheilla berada diatasnya, kepalanya berada sejajar  di atas dada Rangga, sebelah tangan rangga memegang bahu Sheilla, kedua tangan Sheilla memegang dada rangga. Mereka bertengkar dengan Pose yang sangat pantastis, tapi mereka tak menyedarinya.

“kalau bukan mau bunuh diri ngapain loe berdiri disitu???.. loe gak tau itu berbahaya..” kata rangga Sengit.

“gue Cuma mau ngerasain angin yang bertiup aja kok... “kata Sheilla gak kalah sengit. Rangga melihat mata Sheilla ada bekas air mata dimatanya, rangga tau dia habis menangis. Sheilla mengadari pososnya sekarang dia bangun dan berdiri dengan kikuk, rangga pun berdiri.

“Loe mau ngerasain angin yang bertiup dipinggir gedung gitu???.... “kata Rangga kesal “dengerin gue.. Loe itu jadi cewek jangan manja, .. jangan hanya karena keinginan loe gak terpenuhi loe mau loncat dari gedung... atau loe Cuma akting supaya nanti gue kasih tau Eza, trus eza merasa bersalah sama loe gitu..” kata rangga Ketus. Ranga benci orang-orang yang cepat berputus asa.

“loe gak tau apa-apa tentang hidup gue.. loe gak berhak menilai gue.... dan jangan sok tau..” kata Sheilla memandang Rangga marah, dia meninggalkan Rangga yang berdiri mematung. Sekilas tadi dia melihat kilatan luka di mata Sheilla, Luka dalam yang dia sembunyikan.

Sheilla menuruni tangga cafe bean bergegas, dia berjalan cepat meninggalkan cafe, dengan kesal dia menyalakan mobilnya dan mengemudikannya dengan kecepatan tinggi. Sheilla kesal dengan rangga, cowok sok tau yang berani menilainya. Rangga hanya menatap kepergian Sheilla dari atas taman.

Michelle telah duduk di mobil, billy sedang menyetir, Billy melirik michelle, Michelle terlihat rapi dengan rok dan kemeja lengan panjang yang dimasukin kedalam,

“kacamata ajaib loe mana??” tanya billy memecah keheningan

“ Kemaren patah dibuat kak Masya..” jawab michelle, “pasti kak Marsya sengaja... “ kata billy dalam hati.

Setelah beberapa menit mereka  sampai ke kantor, michelle berjalan dibelakang billy. Billy  berhenti  dan menatap michelle

“kenapa loe jalannya lama banget sih..??” tanya billy setengah membentak saat menyadari Michelle sudah tinggal dibelakangnya.

“Gue gak bisa jalan pake Hightheel bengini..” kata Michelle cemberut, billy pun menyamakan langkah michellle, semua mata memandang mereka. Michelle tau dia jadi pusat perhatian, tapi dia berusaha mengabaikannya. Billy menahan pintu lift buat michelle, michelle pun bergegas masuk.

“loh pak billy kenapa bareng sama cewek itu kekantor..??” tanya salah satu staf wanita dengan dandanan super Menor.

“Iyaa.. bukannya itu cewek yang kemaren yah???” kata kariyawan cowok

“ aku dapat bocoran dari Mbak mita seketarisnya pak billy, bakal ada Assisten baru yang bakal mendampingi pak billy di proyek marger..” kata si Resepsionis, para karyawan itu memang sudah berkumpul dimeja resepsionis.

“masa Assistennya dia sih... “kata cewek Menor itu

“terus loe kira siapa?? Loe...???” kata Karwanan cowok yang kulitnya hitam.

“iyaa dong secara gue lebih seksi..” kata si menor PD,

“uuuuuuu....ke PDan loe.. “kata yang lainnya sambil bersorak

“eehh... loe tau gak sih.. kemaren gue dapat gosip dari temen gue yang temenya itu sodaranya  sama sodaranya Pak Billy..” kata si menor tiba-tiba

“Gosip apa??” tanya yang lain serentak,, mereka kepo... Billy itu adalah pangerannya diperusahan ini, udah ganteng, pintar dan berwibawa, jadi dia selalu jadi pusat perhatian dan bahan gosip paling menyegarkan di kantor Om surya.

“Katanya kemarin dirumah pak surya ada acara... dan acara itu katanya acara pertunangan pak billy..” kata si Menor tersenyum, semua mata memandangnya.

“ahh.. yang bener loe,,?? Masak pertunangannya pak billy dilakuin secara sederhana enggak heboh..?” kata resepsionis curiga akan kebearan info itu

“terserah kalau kalian mau percaya atau gak percaya..” kata si menor hendak beranjak pergi

“eehh tunggu...  ceweknya siapa..” tanya si karyawan berambut kliamis, tumben ni cocok ikutan ngegosip biasanya juga Cuma ngurusin angka2 ajah, kata yang lain dalam hati. Si menor puas, dia merasa senang karena sekarang dia jadi seperti orang penting, semua mata memandangnya.

“nah gue gak tau ceweknya siapa.. “ yang lain bersorak

“uuuuu... kirain kamu tau...” meninggalkan si Menor yang tadinya sesumbar

 tapi pasti anak orang kaya juga..” kata si menor setengah berteriak, tapi teman-temannya sudah meninggalkannya.

Billy dan michelle telah sampai diruangannya. “Mita...” panggil Billy

“ iya pak..” jawab mita

“kamu udah tau kan kalau Michelle bakal jadi assisten saya??” tanya Bill, Michelle melambaikan tangan dan terseyum pada Mita, mita mengangguk dan balik membalas senyum Michelle

“udah pak.. kemaren Pak Danar memberitahukan saya..” kata Mita, *pak danar adalah sekretaris om surya.

“Kamu udah siapkan meja Michelle..??” tanya Billy,

“udah pak..” kata Mita mantap, Michelle memperhatikan ruangan disekeliling Mita, “kok gak ada Meja dan kursi baru sih??? Apa gue disuruh berbagi meja dengan Mita yah??” tanya michelle dalam hati, Binggung. Dia mengikuti langkah billy yang sudah berjalan masuk keruangannya.

“Mana meja gue Bill..???” tanya Michelle berdiri,

“ituu..” billy menunjuk Meja yang berada disamping meja billy, jaraknya Cuma terpisah 2 meter,

“gue duduk disini.. satu ruang ama loe??” tanya michelle, matanya terbelalak kaget.

“iyaaa... kenapa memangnya?? Loe kan assisten gue, yah loe harus ada didekat gue dong... jadi gue bisa gampang panggil loe kapan pun juga..” kata billy cuek, Michelle melangkah dengan gontai. Dia pun duduk di kursi itu. Billy  melihat michelle cemberut

“ kenapa muka loe dilipat begitu??” tanya billy “Loe tau terlalu repot kalau mesti nyiapin ruangan lain buat loe, lagian kita bakal punya kantor sendiri kok... sekarang lagi disiapkan... untuk sementara loe dudukajah dengan manis disitu..” kata Billy sambil mulai sibuk dengan berkas-berkasnya. Michelle duduk meandang Leptop didepannya.

“terus gue harus lakuin apa...” kata michelle binggung

“sementara ini loe duduk manis ajah disana... Besok setelah kantor baru siap , gue kasih loe kerjaan,,” kata Billy sambil melanjutkan pekerjaannya.Michele pun mengambil buku dari tasnya dan mulai membacanya.

Waktu menjukan pukul 11 siang, billy melirik kearah michelle, michelle sudah tidak membaca buku lagi dia, sedang memain-main kan pensilnya dan mencoret-coret buku dengan bosan. Billy hanya tersenyum melhat tingkah michelle.

Biily bangun dari kursinya dan berjalan keluar, Michelle memandang billy,

“Loe ngapain masih duduk... ayooo...” kata Billy kepada michelle

‘mau kemana memangnya??” tanya Michelle datar

“mau liat kantor kita..” kata billy singkat, Michelle pun bangun dan mengikuti billy dari belakang. Sebelum billy keluar, Eza masuk keruangannya.

“Loh,,,, kalian mau keluar??” tanya Eza

“Iyaaa,,, mau liat kantor baru..” kata Billu menatap Michelle. “gue baru mau ngajak loe..” kata Billly kemudian

“oohh... gue kayaknya gak bisa ikut... selain gue ada janji ama Klien gue juga ada janji makan siang dengan Sheilla..” kata Eza.

“oke,,, “ kata billy mengangguk.

“tapi Bill.. sebaiknya loe jangan pergi dulu.. katanya sebentar lagi... perwakilan dari M&Zid Group datang... “ kata Eza “yang datang adalah Team Marger perwakilan M&Zid Group, mereka mau memperkenalkan diri dulu..” tambah eza

“berapa orang??” tanya Billy

“tiga orang..” jawab eza..

“jam berapa datangnya..??” tanya billy

“30 menit lagi... mereka dalam perjalanan “ jawab eza. Billy hanya mengangguk.

“30 menit lagi panggil gue..” kata billy kembali duduk disofa,

“jadi kita gak jadi pergi??” kata Michelle bengong

“enggak... nanti ajah setelah makan siang..” kata billy singkat, michelle duduk di sofa depan billy sambil cemberut, padahal tadi dia sudah senang karena dia sudah begitu bosan disini.. tapi michelle pasrah dan menganbil majalah untuk dibaca, Eza pamit dan keluar ruangan.

25 menit berlalu, billy tengah sibuk memeriksa berkas-berkas, Telpon Billy berdering

“pak... bapak ditunggu diruang rapat oleh pak Surya..” kata Mita

“iyaa... “jawab billy singkat, dia pun bangkit, michelle mengikutinya dari belakang. Mereka berjalan bersama ke ruangan rapat.

“diruangan rapat gue harus lakuin apa??’ kata Michelle binggung, dia benar-benar gak mengerti soal perkantoran

“loe bawa buku dan pulpen kan??’ tanya bill, michelle mengangguk sambil menunjukan agendanya kepada billy.

“Loe nulis ajah kira-kira apa yang bisa dijadiin kesimpulan rapat..” kata billy. Michelle meanggut-manggut tanda mengerti.

Diruang rapat sudah berkumpul beberapa orang, tak banyak, hanya  Eza, ayahnya, pak danar, om surya dan 3 orang  team marger lain. Billy duduk mengambil tempatnya disamping om surya , michelle duduk disamping billy,  mereka duduk membelakangi pintu.

“kita tunggu perwakilan M&Zid Group datang.... mereka dalam perjalanan..” kata Om surya. 5 menit mereka menunggu, tamu yang ditunggu datang juga seorang karyawan wanita mengantar perwakilan M&Zid Group ke ruang rapat.  Saat billy bangkit membalikkan badan, dan betapa kagetnya dia saat melihat siapa yang datang. Michelle dan eza tak kalah kaget.

“hai... salam kenal Saya perwakilan M&Zid Group..” katanya tersenyum ramah.


BERSAMBUNG.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar