Senin, 08 September 2014

BilChell LOVE STORY
BAB 40

“Billy..” panggilnya lirih ,
Gadis  itu adalah Ariel, Saat melihat Ariel, Reflek michelle mundur dan menjauhi billy, billy terlihat heran dengan perubahan Ekspresi Michelle, Billy pun membalikkan badan, dan betapa kagetnya dia saat melihat Ariel sudah berada didepan pintu pagar.

Ariel berlari, meninggalkan Billy dan Michelle, dia tak tahan melihat pemandangan didepan matanya, Billy tak pernah sebegitu perhatiannya pada dirinya. Kesal marah bercampur aduk, “pasti si billy terpaksa .. ini pasti karena cewek itu keganjenan... dia segaja sok kesakitan didepan rumah.. biar billy perhatian takut papanya marah... “ kata Ariel berbicara sendiri

‘tapi kenapa billy gak ngejar gue,,” Ariel berkata lirih.

Melihat Ariel berlari, billy bukannya mengejar Ariel malah masih asik mengipas-ngipas kaki michelle.

“Loe kenapa masih disini..??” tanya Michelle  “loe gak ngejar si Ariel??” tanya Michelle heran.

“dia ngapain kerumah gue malam-malam, udah tau bokap gue gak suka.. mungkin dia habis dimarahi bokap gue.. biar aja lah..” kata Billy santai.

“loe ini gimana sih.. dia berani datang kerumah loe saat dia tau bokap loe gak suka dia, masa loe gak tau kenapa??” tanya michelle gemas, Billy hanya mengangkat bahu.

“karena dia kangen sama loe.. masa itu ajah loe gak tau sih Billy..” kata Michelle kesal, “sekarang cepat kejar dia..” perintah Michelle dengan nada tagas

“terus kaki loe gimana??” tanya billy  polos..

“ kaki gue ini Cuma luka kecil.. gue bisa jalan.. sekarang cepat kejar cewek loe..” kata Michelle setengah berteriak, dan matanya melotot marah pada billy, ada genangan air dimatanya. Dan melihat mata Michelle reflek billy berlari mengejar Ariel.

Saat billy berlari mengejar Ariel, entah kenapa ada perasaan melow dan sepi menghampirinya. Deg... hati Michelle seperti disengat listrik tegangan rendah, sesaat tapi sakit. lalu kemudian dia tepis, “Yah gue pasti melow karena melihat Ariel, pasti sulit rasanya jadi dia, sakit pasti saat melihat pacar kita harus bertunangan dengan cewek lain..” kata Michelle dalam hati melihat jalanan sekilas, kemudian masuk kedalam rumah.

Billy masih berlari mengejar Ariel, dia berjalan berlahan, melihat-lihat kedalam toko. Ariel tak ada, “kemana sih si Ariel..” kata Billy kesal. “lagian kenapa coba gue kejar si Ariel..???? kalau dipikir-pikir kok gue nurut banget yah sama si Michelle, ?? kata-katanya seperti titah buat gue, saat dia memerintah dengan wajah marah, ekspresi seperti tadi kok gue jadi begitu Gak berdaya...??”  kata billy dalam hati. “udah gila kali gue..” kata billy menggaruk kepalanya  yang tidak gatal.

“Billy ..” kata Ariel berlari berhamburan memeluk billy, billy hanya diam “aku senang kamu mengejar aku..” kata Ariel bahagia. “liat kan Billy cintanya ama gue. Buktinya dia ngejar gue.” kata Areil dalam hati. Billy makin menggaruk garuk kepalanya.  Dan akhirnya dia pasrah. Ariel masih mengandeng tangan Billy, Billy menyetop taksi,

“loe pulang gih,,, gue juga harus pulang...!!!” kata Billy, dia membimbing Ariel masuk kedalam taksi dan dia menutup pintu taksi..

“loe bawa uang kan??” tanya Billy, Ariel mengangguk, “jalan pak..” kata Billy pada supir taksi, Billy menghela napas lega. Dia berjalan menyusuri pertokoan, dan saat melihat toko sepatu dia pun masuk kedalam toko.

“mbak.. bisa bayar pake Credit Card kan ??” tanya Billy, si embaknya mengangguk, billy pun melihat-lihat sepatu yang ada didalam toko. 10 menit kemudian dia sudah keluar dan berjalan sambil menenteng bungkusan berisi kotak sepatu.

Ke esokan paginya , micelle bangun dari tidurnya. Dia bersiap dan saat sudah rapi dia keluar, tapi betapa kagetnya dia saat melihat ada kotak tergeletak didepan pintu kamarnya, dan saat dia melihat ada sepatu flat didalamnya. Dia mencoba memakainya ternyata Pas.

“gue pake sepatu ini ajah pagi ini..” kata Michelle senang “tapi dari siapa sepatu ini??” tanya michelle dalam hati, yang tau kaki michelle lecet hanya billy dan kak Marsya yang melihatnya berjalan tertatih semalam saat masuk rumah,  “tapi masa iya sih si billy??? Kak Marsya sih mungkin” tanya Michelle dalam hati, ada keraguan. Billy keluar dari kamarnya michelle memandangnya lekat “ lebih baik gue tanya..” kata batin michelle

“loe yang beliin gue sepatu ini??” tanya Michelle pada billy

“ngapain gue beliin loe sepatu.. gak da kerjaan banget.. lagian mana tau gue ukuran loe..” kata Billy ketus.

“iyaa juga sih.. gue ajah yang aneh sampe berpikir loe bakal beliin gue sepatu..”kata michelle cuek, billy hanya diam. Michelle pun berlalu pergi turun kebawah, dia ingiin menyampaikan terima kasih pada Kak MarSya, tapi sayang, kak marsya sudah berangkat ketaman bersama mas vino dan paris.

“dia gak boleh tau kalau sepatu itu gue yang beliin..” kata billy mengambil HP, beberapa menit dia berbicara di telpon dan akhirnya menutup telponya. Tapi syukur ternyata ukurannya pas. Semalam ditoko sepetu billy sempat binggung ukuran kaki michelle dan untung  tebakanya pas. Billy tersenyum dan turun kebawah.

Billy sedang ada di garasi rumahnya, dia tertegun melihat pemandangan didepannya. Michelle datang dan berdiri disamping,

“ngapain loe berdiri ajah.. gak jadi kekantor???

“kita mau ke kantor naik apa coba??” Kata billy menunjuk ke dalam garasi. “si Sheilla kemana sih?? Udah gue bilang gue pinjam mobilnya..” kata billy kesal,

“loe mau kemana??” tanya billy saat dia melihat michelle pergi,

“ke kantor lah..” jawab michelle santai

“naik apa???..” kata Billy

“kendaraan banyak noh di jalan.. ngapain repot sih..” kata Michelle ngeloyor pergi. Billy pun berlari mengikutinya dari belakang.

Di halte bus mereka sedang menunggu bus,

“kenapa kita gak naik taksi aja sih..” protes billy

“jam segini tuh jam sibuk, kalau naik taksi macet... kalau bus kan ada jalurnya sendiri..” kata Michelle, masih berdiri menunggu bus. Billy hanya bisa menurut saja. Bus pun datang, dibus ternyata sudah ramai penumpang maklum hari kerja. Billy kebinggungan dia berdiri didepan pintu,

“mas .. jadi naik gak??’ kata sang supir, Michelle menarik tangan billy masuk. Billy bingung harus berdiri dimana.

Michelle menyuruhnya berdiri disampingnya, billy pun menurut tapi saat melihat pegangan di bus, billy pun bergidik karena geli dan jijik. Michelle hanya menggelang melihat billy, Bus pun berjalan, billy berdiri kesusahan karena dia tidak berpegangan. Tiba-tiba supir bus mengerem Bus nya sehingga billy terpaksa memegang pegangan di bus, Billy bergidik, tapi karena sudah terlanjur dipegang billy akhirnya pasrah dan memegang pegangan itu. Michelle  hanya tersenyum geli menatap Billy. Bus berhenti di halte, banyak penumpang masuk sehingga penumpang dibus jadi berdesak-desakan, yang tadinya kayak payek teri ini udah kayak ikan pepes, Michelle kejepit, badannya yang imut mampir ilang ditelan gelombang orang, disekeliling michelle banyak cowok, michelle kesusahan. Billy melihat michelle yang kesusahan dan dikelilingi cowok dengan sigap sesigap suami siaga, (#loh.. abaikan siami siaganya...hehehe).  Billy melindungi michelle dari desakan para cowok. Dia melindungi michelle dengan badannya, billy sudah tak peduli lagi dengan rasa jijiknya.

Ciitttt... pak supir mengerem mendadak, sontak michelle dan billy pun kaget, Billy reflek memeluk michelle. Orang-orang terus mendesak, billy dan michelle makin terdesak, mereka jadi begitu dekat, sangking dekatnya mereka bisa merasakan suara detak jantung masing-masing. Billy bisa mencium wangi sampo michelle, sekarang dia seperti mencium kening michelle, jantung billy berdetak kencang, bunyinya tak karuang, michelle bisa begitu jelas mendengar dan merasakan detak jantung billy, Billy begitu dekat dengannya sehingga dia bisa mencium aroma parfum billy, michelle tak tau lagi detak jantung siapa yang begitu kencang, jantungnya atau billy.

Michelle mengangkat wajahnya mencoba melihat billy, dan billy pun mencoba melihat michelle dia meundukkan wajahnya, karena bersamaan dan jarak mereka yang begitu dekat, sehingga hidung mereka saling bertemu, michelle dan billy kaget, cepat-cepat michelle memalingkan wajahnya. Jantungnya berdegub kencang tak karuan, wajah nya bersemu merah.  Michelle salah tingkah, tapi billy terus manatapnya tak berkedip, karena meresa billy menatapnya, Reflek michelle kembali mengangkat wajahnya dan mata mereka pun bertemu. Mereka saling pandang, seolah-olah waktu berhenti dan di Bus ini hanya tinggal mereka berdua, billy menatap michelle lekat, menikmati dan mengagumi setiap lekuk diwajah michelle, hidungnya, matanya, bibirnya. Begitu juga dengan michelle tampa sadar, dia menikmati dan mengagumi hidung billy yang begitu mancung, bibirnya yang merah, kulitnya yang putih dan matanya yang teduh. Sedang asyik saling memandang seseorang menepuk bahu billy.

“mas..” billy kaget, sedikt kesal, karena menganggu keasyikanya, dia melotot kepada si empunya suara, yang ternyata kondektur.

“ongkosnya mas..” kata kondektur, “lagian si mas ama Mbak ngapain berdiri disitu, pake tatap-tapapan lagi... noh duduk ajah mas, udah banyak yang kosong kok ..” kata kondektur nyengir

“atau jangan-jangan lagi syuting yang Mas.,,, kayak pilem india ajah..” kata Kondektur malah celigak celiguk, mungkin dia nyariin kamera. Ternyata tak ada.

“ciee.. cieee... kalau pacaran jangan di bus Mas , Mbak... bahaya... “  sang kondektur senyum-senyum penuh arti.

“enggak bahaya.. malah asik lah... bisa modus peluk-peluk... “timpal tante-tante funki di dalam bus

“apa perlu saya banyakin rem dadakannya..???” kata Pak sopir ikut menggoda.

Tanpa dikomando billy dan michelle serentak memandang kesekeliling Bus, ternyata bus sudah tidak ramai lagi, dan mengetahui orang-orang melihat mereka sambil senyum senyum wajah mereka pun bersemu merah, billy dan michelle langsung duduk di kursi depan mereka yang ternyata sudah kosong. Orang-orang dalam Bus tersenyum geli melihat mereka.

Michelle memandang keluar jendela dengan kikuk, billy pun juga kikuk salah tingkah.

“kita nanti turunnya dimana Michelle..??” tanya Billy memecah keheningan

“di halte H, bentar lagi, dua halte lagi..” kata Michelle masih tidak menatap billy.  Dan saat tiba di halte yang mereka tuju, billy dan michelle turun. Michelle berjalan terburu- buru, karena dia tak ingin billy melihat wajahnya yang bersemu merah, billy berjalan berlahan dibelakang michelle. Mereka berjalan dengan tingkah yang kikuk satu sama lain.

Sesampainya dikantor, eza dan rangga yang sudah dari tadi hadir menatap billy dan michelle heran,

“kok kalian jalan..???” tanya Eza

“mobil gue masuk bengkel..” jawab billy singkat dan dia pun berjalan menuju ruangannya.

“loh Michelle kamu sakit???” kata Rangga

“Haah...” kata michelle melongo

“muka kamu merah banget..” kata Rangga memegang kening michelle, billy menatap tajam.

“aahhh.. enggak kok mas enggak sakit... “ kata michelle tertunduk malu dan meninggalkan Rangga dan Eza langsung menuju mejanya.

Sesampainya dimeja michelle malah jadi binggung harus melakukan apa, michelle pun menghampiri billy.

“gue harus ngelakuin apa??” tanyanya dengan wajah polos.

“tanya ajah ama Eza.. nanti dia bakalan kasih tau apa yang bisa loe kerjain..” kata Billy, Michelle keluar, dan berjalan menuju kursi Eza. Eza memberinya beberapa pekerjaan mengetik surat dan draf kontrak. Michelle pun mulai sibuk dengan pekerjaan yang diberikan eza.

Waktu berlalu dengan cepat tak terasa mereka sudah seminggu lebih bekerja mengurusi marger ini, michelle cepat beradaptasi, dia gadis yang cerdas, tak butuh waktu lama untuk mengajarinya. Semua pekerjaan dia lakukan dengan lancar walaupun kadang dia suka bertanya pada Eza tentang sesuatu yang dia tak mengerti, bukan hanya Eza, Rangga pun akan dengan setia membantunya.

Billy selalu kesal dan bete saat melihat Michelle yang terlalu dekat dengan Eza apalagi Rangga. Tapi dikantor dia tak bisa berbuat apa-apa, dia gengsi kalau harus marah. Padahal hatinya selalu cemas dan gelisah saat michelle dekat dengan Rangga. Kadang dia tak mengerti dengan dirinya sendiri. Kenapa harus marah dan kesal??? Toh michelle Cuma Tunangan bo’ong-bo’ongan nya saja??? Billy tak mengerti akan hatinya. Dia memang laki-laki smart, tapi eza selalu bilang kalau dalam urusaan perasaan billly selalu lamban.

Billy tak mengerti apa yang dia rasakan, karena ketidak mengertiannya dia jadi uring-uringan, dia selalu jutek dan marah-marah dengan michelle, dia memerintahkan michelle mengerjakan ini dan itu. michelle begitu sibuk. Kadang karena kasihan melihat kerepotan Michelle, eza dan rangga selalu membantu, tapi Billy malah tambah kesal. Kekesalan billy bertambah saat Ariel jadi rajin mengunjungi kantor mereka. Karena disini tak ada Om Surya Ariel jadi berani. Ariel selalu membawakan makanan saat makan siang, billy jadi tak bisa makan siang dengan Michelle. Michelle malah menunjukkan sikap tidak peduli, dia selalu pergi dan makan siang dengan Rangga dan Eza.

Michelle sebenarnya bersyukur Rangga dan Eza ada disini, karena mereka dia tidak jadi nyamuk penganggu diantara Billy dan Ariel, walaupun entah apa yang terjadi dengan hatinya ada rasa sedih saat melihat Ariel dan Billy. “mungkin Gue terlalu menghayati peran gue sebagai tunangan billy” batin Michelle, tapi walaupun Michelle adalah tunangannya tapi pacarnya billy adalah Ariel, wanita yang dia cintai adalah Ariel, pikir michelle. Jadi michelle memutuskan untuk tidak terlibat terlalu dalam dengan perasaanya.

Shilla sedang bersiap menuju kampus, tapi betapa kagetnya dia, Indra sudah berdiri didepan rumah kak Bima, kali ini dengan kembang melati. Shilla menepuk jidatnya, seminggu lebih sudah Indra selalu melakukan itu. Shilla sudah mulai lelah.

“ ngapain loe disini dengan kembang melati lagi???” kata Shilla lemah “ loe kira gue suzana, makan melati??” tambah Shilla kali ini dengan nada kesal.

“abis hampir semua jenis bunga udah gue bawa... tapi  gak ada yang loe suka.. “ kata Indra polos. Shilla menghela napas

“sebenarnya loe mau apa sih draaaa??? Apa loe gak cape??? “ kata Shilla lemah

“gue mau loe, dan gue gak akan cape sampai gue dapatin loe..” kata Indra tegas.

“okee.. gini, gue gak bisa memberikan cinta buat loe.. tapi gue bakal kasih loe kesempatan... loe bakal jadi cowok paling dekat gue... sampai akhirnya loe bisa membuktikan keseriusan loe.. baru gue bakalan kasih loe cinta gue..” kata Shilla memberikan Indra solusi, dia lelah melihat Indra selalu menunggunya seperti ini, kayak gak punya kehidupan lain ajah pikir Shilla.

“Seriuss... ??” tanya Indra Girang..

“tapi bukan pacaran loh, Cuma calon pacar...”kata Shilla menekankan kalimatnya. Indra memangguk polos. “nah loe udah dapat apa yang loe mau.. sekarang loe pulang dan lanjutin hidup loe kayak biasa..” kata Shilla

“maksudnya?? “ tanya indra binggung

“loe itu harus kerja.. selama seminggu ini loe ngekorin gue terus.. pasti loe tinggalin kerjaan loe kan??? “ indra mengangguk “makanya sekarang loe kerja.. soalnya gue paling benci cowok pengangguran..” kata Shilla tegas, Indra mengangguk patuh.

“tapi gue boleh yah antarin loe ke kampus??” Shilla mengangguk pasrah. Seminggu mengikuti Shilla membuat Indra mengerti, cewek itu gak semuanya manja, ada juga cewek kayak Shilla, dia begitu sederhana, kelihatan galak tapi baik hati, bersama Shilla Indra merasakan Energi postive.

Michelle baru saja kembali dari makan siang bersama rangga, sedangkan Eza ada janji dekan klien jadi dia makan bareng Klien. Michelle kembali sambil tertawa bersama Rangga,

“Michelle... dibibir kamu ada Saos..” kata Rangga,

“mana??” tanya michelle, sambil membersihkan bibirnya, tapi michelle salah tempat.

“disini..’ kata rangga membersihkannya dengan jempolnya, setelah bersih rangga tersenyum, michelle membalas senyum rangga.

Billy melihat kejadian itu dengan mata  gundah. Kesal, marah bercampur aduk.

“loe dari mana??’ tanya billy

“makan Siang..” kata Michelle tenang

“loe gak tau?? Salah satu tugas assisten adalah menyiapkan makanan buat atasannya.. “ kata Billy “ loe gak tau kalau gue belum makan??... “ kata Billy kesal.

“mana gue tau.. kan biasanya cewek loe,  Ariel selalu bawain loe makanan..!!” kata michelle mengangkat bahu.

“Nih.. Loe input semua datanya sampe kelar..” Kata Billy meletakkan sebuah kotak didepan michelle, michelle melihat isi kotak itu, dalamnya kertas. Michelle binggung

“itu namanya kuisionar,, loe input datanya dalam leptop..” kata billy..” kerjaan ini harus siap sampai nanti malam, awas kalau kamu gak loe siapin..” kata billy tegas dan ketus. Mau  gak mau michelle harus melakukannya. Dia mulai sibuk dengan lembaran demi lembar kertas didalam kotak. Sesekali billy melirik mengawasinya.

Hari sudah sore Kuisioner itu begitu banyak, michelle frustasi melihatnya, sudah lama dia mengerjakannya, tapi kertas kuisioner itu tak berkurang sedikit pun, sepertinya dia harus lembur. Dia menghirup napas kuat, mencoba menyemangati dirinya sendiri.

Malam sudah menjelang michelle masih mengerjakan input data yang diperintah billy, dia tidak lagi duduk di mejenya tapi sudah berpindah ke meja besar ditengah yang biasa digunakan untuk rapat. Rangga sempat naik keatas dan berusaha membantunya tapi karena ada panggilan dari kantor pusat dia harus pergi menerima panggilan itu. Billly masih melihat michelle mengerjakan tugasnya, malam sudah semakin larut.“kayaknya michelle belum makan malam??” batin billy. Billy pun bergegas bangun dan pergi meninggalkan Michelle. Michelle hanya melirik sekilas lalu tetap melanjutkan pekerjaannya. Dan waktu berlalu setelah kepergian Billy, Michelle begitu lelah, matanya sudah berkunang-kunang melihat kertas-kertas yang begitu banyak, badannya begitu pegal, dan dia pun akhirnya tertidur diatas meja.

Rangga memandang Michelle yang sedang tertidur di atas meja, kepalanya dia sandarkan dikedua tangannya. Rangga memandang dengan pandangan yang tak bisa dilukiskan, matanya terlihat sendu, ada rasa pilu disana, rasa rindu dan ada rasa sayang yang tertahankan. Rangga berdiri dan terus memandangi Michelle, saat tangannya berlahan dia dekatkan ke wajah michelle, rangga ingin merapikan rambut dipipi michelle. Tangannya bergerak berlahan, pelan, dan saat hampir sampai, tiba-tiba ada keraguan disana, rangga pun mengurungkan niatnya. Tapi rangga masih memandangi Michelle tidur, tiba-tiba  Michelle mengeliat, keningnya berkerut, Michelle sedang memimpikan mimpi itu lagi, dan satu butir air mata mengalir di pipi Michelle. Melihat itu, hati Rangga sakit, dan tampa dia sadari ada butiran air mata mengalir dipipinya. Dia berlutut disamping Michelle dan kali ini tidak ragu-ragu tangan Rangga menghapus air mata di pipi michelle. Dia menarik napas panjang. Kemudian berdiri, melihat michelle sesaat dan Rangga pun pergi kembali keruangannya.

Tampa rangga sadari ada sepasang mata sedang menyaksikan peristiwa itu, orang itu sedang berdiri di pentri, dia sebenarnya mau mengambil piring tapi urung saat berbalik dia melihat pemandangan itu, hatinya kalut, marah, kesal, dan dia memegang Sumpit  ditangannya dengan kuat, menahan segala emosi yang dia rasakan saat ini, kuat dan makin kuat, hingga akhirnya “Taakkk..” dua sumpit ditangannya patah, dan dia sadar dari lamunannya. Sepasang mata itu milik billy. Billy masuk keruangan, dia berdiri melihat Michelle yang tengah tertidur, ada kemarahan diwajahnya, tapi juga ada kesedihan.

 “sebenarnya apa hubungan loe sama Rangga???” dan “Kalau kalian Cuma kenalan biasa saat bekerja kenapa harus ada adegan tadi..??” tanya billy dalam diamnya. Semantara michelle masih tertidur dengan pulasnya, dia mengeliat lagi, kali ini dia sepertinya kedinginan, Billy marah dan pergi meninggalkan michelle, tapi baru beberapa langkah dia berjalan, billy menghentikan langkahnya, dia berjalan kembali mendekati Michelle dan melepaskan jasnya, kemudia menyelimuti michelle. Dan  Michelle masih tidur dengan pulas, rasanya billy jadi kesal melihatnya, Ingin rasanya menjitak kepalanya michelle. Tapi bukan malah menjitaknya Billy malah merapikan rambut - rambut di pipi Michelle dan mengelus kepalanya.

Billy melihat kertas-kertas kuisionar yang dia berikan tadi berserakan, belum diinput. Billy pun memunguti kertas-kertas itu,  duduk disebelah michelle dan mengambil leptop di depan michelle. Billy menginput semua data-data dari Kuisioner itu, sambil sekali-kali melihat michelle yang sedang tidur. Malam telah begitu larut, billy masih mengerjakan kuisioner dan michelle masih tidur disebelahnya. Dan saat hampir subuh billy baru siap menyelesaikannya.

“akhirnya Selesai juga..” Rasa ngantuk menyergapnya, dia mengeliatkan badannya kebelakang dan melihat Michelle, “Loe malah enak-enakan tidur..” katanya gemas, dia menatap michelle yang sedang tidur pulas, Billy tersenyum dan Dia berjalan keruangannya dan tertidur pulas disana.

Michelle terbanguan dari tidurnya, dia melihat keluar jendela, matahari sudah terang, dia kaget, teringat tugasnya dari billy belum selesai. “aahh.. udah pagi .. aduuh gimana ini..  Billy bisa ngamuk..” Batin michelle panik, dan saat dia bangun, sebuah jas jatuh, dia baru sadar ada sebuah jas yang menyelimutinya dari tadi, dan saat dia melihat leptop betapa kagetnya dia, semuanya sudah diinput. “ kayaknya gak mungkin billy deh yang Ngimput ini..” batinnya “iyaa.. mana mungkin ...  dia galak gitu kok.. tapi ini jasnya billy???” kata Michelle dalam hatinya.

Michelle melangkah dengan berlahan bermaksud mengintip billy di ruangannya. Dan saat diintip billy tengah tertidur pulas dengan kedua tangannya dilipat kedada. “Walaupun bukan billy yang input tapi aku harus berterima kasih dengan jasnya, aku buatin kopi deh..” batin michelle melangkah pergi ke pentry kantor.

“makasih jasnya.. gue jadi gak kedinginan..” kata michell meletakkan kopi dimeja billy, Billy menatap Michelle.. dan tiba-tiba teringat adengan rangga dan michelle semalam,  rasa kesal menyergapnya,

“ooh ternyata di Loe.. gue nyariin dari tadi..” kata billy berbohong

“Loh bukan loe yang nyelimuti gue,,” tanya Michelle heran..

“ngapain gue nyelimutin loe..?? gak usah GR deh Loe..” Billy mencibir michelle, michelle heran

“trus kenapa Jas loe nempel dibadan gue???” tanyanya rheran

“mana Gue tau,,, Gue bagun tiba-tiba ajah jas gue gak ada lagi di kursi..” kata Billy berbohong sambil menyabar jas yang ada ditangan Michelle dan berlalu pergi.. “ jangan sampe dia tau gue yang nyelimuti dia, bisa-bisa dia besar kepala..” batin billy gengsi.

“loe jalan sambil tidur kalii, trus loe ambil deh jas gue ...”tambah billy ngaco, Michelle jadi kebingungan dan dia pun cemberut mendengar pernyataan billy.

“Makanya gue bilang gak mungkin si billy jadi baik sama gue.. imposible” batin michelle dan membereskan mejanya.

Tiba-tiba billy kembali dengan 2  tentengan tas.

“nih..” kata nya sambil memberikan tentengan satu lagi pada michelle, Michelle mengernyitkan dahi. “baju ganti loe.. tadi gue minta pak tarno buat ngantar... Gak mungkin kan loe pake baju itu sehari lagi..” kata Billy. Michelle menerimanya.

Michelle dan billy telah selesai menganti pakaian mereka. Mereka sarapan roti yang dibeli OB tadi pagi. Sambil makan billy memperhatikan michelle lekat, terbayang kejadian yang dia lihat tadi malam. Ingin sekali bertanya, tapi billy terlalu gengsi untuk bertanya, dan michelle pasti tak akan menjawabnya. Yang ada akan timbul pertengkaran diantara mereka, akhirnya billy menelan rasa penasarannya.

“hari ini loe pergi ke alamat ini, cari pak kepala desa, katanya dia ada di rumah keponakannya yang beralamat disitu, loe Followup jadwal musyawaranya, setelah itu loe ke percetakan lo cek leaflet, booklet dan brosur kita udah selesai apa belum, dan setelah ke percetakan loe kasih berkas ini ke Om darmawan, papanya eza. Ingat kasih langsung ke Om darmawan jangan ke yang lain... “ kata Billy, mengurai jadwal Michelle hari ini.

“banyak banget kenapa enggak loe suruh rony ajah sebagian??’ tanya Michelle

“Rony ada kerjaan lain..” kata billy tegas..”Loe pergi ama supir kantor si jeki pake mobil gue, “ kata billy menyerahkan mobilnya. Michelle mengambil kunci mobil dari tangan billy. Dia berjalan pergi.

“dan satu lagi, kalau loe nanti selesainya sore loe pulang ajah langsung ke rumah..” kata billy

“trus loe pulang naik , ??” tanya Michelle heran

“kayak loe bilang kendaraan banyak di jalan, gue bisa pulang dengan taksi,, atau bus..” kata Billy mantap, Michele menatap billy heran, Billy naik bus?? Tanya michelle dalam hati. Kemarin sih kepaksa tapi masa iya billy ketagihan naik bus??” pikir michelle. Dia pergi sambil menatap billy heran. Sebenarnya billy sengaja memberikan michelle jadwal yang padat diluar kantor, tujuannya hanya satu, menjauhkan Michelle dari Rangga.

Michelle sedang berjalan ke perumahan padat, dia mencari alamat yang diberikan billy, alamat ini adalah perumahan padat, tak bisa dilalui mobil jadi untuk mencarinya michelle harus berjalan kaki. Michelle terus berjalan tampa henti, dia memasuki lorong-lorong dan bertanya sana sini, sampai akhirnya dia tersesat di sebuah tempat yang tak asing baginya, yah dia mengenali tempat ini. Sebuah rumah kecil, walaupun ada perubahan disana sini , tapi dia tak pernah melupakan pohon mangga itu, pintu itu. Masih lekat diingatannya, waktu itu malam begitu pekat, hujan turun dengan derasnya. Michelle menangis di depan pintu, dia mengedor-ngedor pintu itu sambil menangis,

“buka pintunya buk... bukaaa... maafin saya... hiks... hiks... saya memang bersalah... tapi biarin saya masuk... saya mau tinggal sama ibu, hu.hu,..” michelle menangis dengan sendu, tubuhnya yang mungil basah kutup, bibirnya sudah pucat kedinginan..

“lebih baik kamu pergi... aku gak sudi liat kamu... kamu itu bagai malapetaka di hidup kami... “ kata seorang wanita keluar dari pintu, dia menatap michelle marah. Michelle terus memohon, tapi sang ibu tak mau peduli. Dia menutup pintunya rapat-rapat, tinggal michelle yang basah kuyup kedinginan duduk dibawah pohon mangga. Dia melipat kedua kakinya kedada, dia benamkan wajahnya. Air matanya terus mengalir. Michelle terisak-isak sedih

Banyangan masa lalu itu seperti sebuah film terputar dibenaknya. Dia memegang pintu dan pohon mangga dengan tangannya. Ada butiran airmata jatuh di pipinya. Tiba-tiba seseorang wanita keluar dari rumah,

“cari siapa Mbak??” katanya binggung melihat michelle. Cepat-cepat michelle menghapus air matanya

“ahh enggak.. saya cari alamat ini Mbak.. Mbak tau??”  tanya michelle menunjukkan kertas yang diberikan billy.

“oohh.. ini dilorong sebelah mbak, lurus ajah trus mbak belok kiri.. “ kata si Mbaknya.. michelle pun berterima kasih, dan pergi, si Mbak itu pun pergi meninggalkan rumahnya. Setelah Jauh michelle berjalan meninggalkan rumah itu, tiba-tiba datang seorang pemuda tampan berdiri didepan pintu rumah itu, matanya sama seperti mata Michelle. Terlihat sedih. Dia memandangi dan memegangi pohon mangga dengan lembut. Sekumpulan masa lalu bergerak keluar dari ingatannya, seperti sebuah film yang terputar. Pemuda itu menatap sendu tiap sudut pohon dan rumah. Kerinduan dan kesedihan mengelayuti hatinya. Tampa sadar air matanya tumpah.



BERSAMBUNG......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar