BilChell LOVE STORY
BAB 17
Shella
berjalan menuju ke tempat Cafe Beannya Billy dan Eza, dia masuk
keruangan dengan membawa tentengan belanjaan tapi wajahnya masih
cemberut.
“Lama banget sih Loe, gua udah kehausan nih..” Billy
Ngomel, Sheilla malah melemparnya dengan tentengan belanjaan. Dengan
sigap billy menangkapnya.
“Kok kamu kelihatan bete gitu
sih Sheilla..” Tanya Eza Heran, belum sempat Sheilla menjawab tiba-tiba
rangga muncul dari belakang, dan betapa terkejutnya Sheilla sampai dia
terdiam. Rangga hanya melihatnya sebenarnya dia terkejut juga tapi
rangga berusaha bersikap biasa (Sok cool gitu..hehehe).
“ohhyaaa...
Kenalin Sheilla, ini temen aku pas lagi di LN... Rangga namanya.” Kata
eza kemudian, Sheilla malah masih terdiam “Kenapa Sheilla, Kalian udah
saling kenal...??” Tanya Eza heran melihat reaksi Sheilla.
Dan
sebelum Rangga menjawab Sheilla malah langsung mengulurkan tangannya
“Belum kak... Gue Sheilla...”katanya sambil senyum manis. “gawat ini
kalau dia cerita ama kak eza kalau aku itu kasar dan galak sama dia..”
Batin sheilla
Rangga menatap Sheilla heran, tapi dia tetap menyambut uluran tangan Sheilla “Rangga..” jawab rangga.
“Loe bilang mau nunjukin Lukisan, mana lukisannya??? “ kata billy , Sheilla lega,
“oohh..
ada dilantai dua.. “ kata Rangga, eza dan Billy berjalan didepan menuju
tangga, dan saat rangga akan mengikuti mereka tiba-tiba Sheilla menarik
tangannya
“Loe gak boleh cerita ama kak Eza tentang pertemuan kita..” Sheilla berkata setengah mengancam,
“Oohh..
ini cewek naksir Eza toh..” batin Rangga, dan tiba-tiba dia terseyum
penuh Arti, “tergantung sikap loe...” kata Rangga berlalu pergi, Sheilla
kaget mendengar kata-kata rangga dia mengejar rangga
“Apa maksud Loe..???” kata Rangga, Sheilla terlihat cemas, dan Rangga malah tersenyum,
“iya
tergantung Sikap loe,, !! kalau loe mau jadi anak manis, minta maaf ama
gue dan bilang makasih mungkin bisa gue pertimbangkan..” kata Rangga
kemudian, sebelum Sheilla protes Billy memanggil Rangga
“dimana NGa..” kata Billy dari atas,
Dan
Rangga pun berjalan menuju tangga tapi sebelumnya dia berbalik dan
berkata “Loe boleh mikir-mikir dulu kok... Gue kasih waktu sampe gue
pulang nanti..” kata Rangga, Sheilla cemberut tanda dia berpikir keras.
“Lumayan buat hiburan..” pikir rangga saat melihat Sheilla kebingungan.
Rangga pun naik untuk menumui Billy dan Eza.
Dirumah Sakit
Michelle sedang menunggui Randy, Randy sudah mulai membaik dia tertidur
dengan memegang tangan Michelle, Michelle mengelus-elus kepalanya dan
kemudian keluar dari ruangan dan duduk diruang tunggu, dari kejauhan
Shilla melambaikan tangan.
“Ini Chelle Leptopnya, ..”kata Shilla sambil memberikan laptopnya. “Loe yakin mau buat Proposal ini..” tanya Shilla lagi.
“Gak
ada jalan lain, ini satu-satunya cara.. sebenarnya gue benci harus
menjual penderitaan Randy, tapi gue gak punya cara lain..” kata Michelle
terlihat putus asa. Shilla memagang bahu Michelle
“Gue
dukung Loe, Gue bakalan bantuin Loe kok..” kata Shilla menguatkan
Sahabatnya. Dan mereka pun mengerjakan Proposal itu bersama-sama. Hampir
2 jam mereka mengerjakannya akhirnya siap juga.
“kita bagi yah tempat tujuannya... dalam daftar gua ada 8 Yayasan...” kata Michelle ke Shilla
“kita
bagi 2.. loe 4 gue 4..” kata Shilla, “Loe yang ini,.. ini..ini.. dan
ini.. sisanya gue..” Kata Shilla menunjuk beberapa yayasan. Minchelle
mengangguk
“kita Print dulu proposalnya..” kata michelle,
“Biar
Gue Print... kebetulan di RS ini disediakan komputer dan printer gratis
buat Pasien dan keluarganya..” kata Shilla. “Gue nginap disini.. jadi
besok pagi pagi kita bisa bareng-bareng perginya..” Kata Shilla,
Michelle mengangguk dan memeluk sahabatnya. “ini akibat gue sering gaul
ama loe neh..” katanya seolah tau kalau Michelle bermaksud berterima
kasih padanya.
“ooya.. tadi Gue ketemu Rizky...” Kata Michelle
“oohh yaaa...gimana kabar si cupu itu...??? “ kata Shilla tersenyum membayangkan masa-masa SMU dulu.
“masih
sama... Sok gaul tapi masih gampang di porotin..” kata Michelle
tersenyum, Shilla tertawa. “tapi katanya dia bakalan balik besok ke
Singapore, dia disini Cuma beberapa hari, ada perlu apa gitu..” kata
Michelle Teringat percakapan mereka di cafe saat pertama Rizky
melihatnya.
“sayang banget yah??? Si Rizky mau Balik ke
Singapore.. kalau enggak kita bisa minta bantuan dia..” kata Shilla
sedikit kecewa. Michelle hanya diam. “loe pasti gak cerita apapun kan
ama dia..??!!” Shilla menatap Michelle
“Enggak.. Gue gak
mau ngerepoin dia.. lagipula dia mau ujian katanya..” kata Michelle
sambil menatap Parawat dan dokter yang lalu lalang. Karena hari sudah
malam rumas sakit sudah terlihat Sepi, hanya satu atau dua orang yang
lalu lalang, selain perawat dan dokter mungkin keluarga pasien.
Di
Cafe bean.. Setelah melihat segala aksosoris dan interior, menentukan
ini dan itu, dan segala hal telah tersepakati bersama, mereka ber 3 plus
sheilla pun bubar dari cafe. Saat diluar Cafe, Rangga mengambil
Sepedanya, dia melihat Sheilla, dilihat Rangga Sheilla jadi khawatir,
“Ayoo
Shell... “ Kata Billy, sheilla ragu.. “cepetan.. mikir apa sih
loe....loe mau pulang ama Eza..??” tanya Billy mulai tak sabaran.
Mendengar perkataan Billy Eza tidak jadi masuk kedalam mobil.
“enggak... Gue ada perlu.. jadi gue pulang naik taksi ajah... “ Kata Sheilla sambil tersenyum kearah Eza.
“kamu yakin mau naik taksi..??” kata Eza sedikit khawatir Sheilla kan jarang naik taksi.
“udah
lah Za... biarin ajah udah gede ini..” kata Billy cuek malah langsung
mengendarai mobilnya meninggalkan Sheill... dasar sepupu gak guna batin
sheilla. Dan walaupun ragu Eza juga meninggalkan Sheilla sendiri,
Setelah tinggal mereka berdua Rangga malah pergi mengayuh sepedanya.
Sheilla kesal bukan main melihat Sikap rangga.
“ehh.. Tunggu..” kata Sheilla mengejar Rangga, dan Rangga pun berhenti dan melihat Sheilla dengan lekat.
“Emmm.. ehmm.. Guee,,,.. eeehh..” kata Sheilla ragu,
“Gue
kasih waktu loe 5 menit...gue cape banget hari ini, gue mau tidurr..”
Rangga gak sabaran, tapi ada rasa puas dihatinya berhasil ngerjain
Sheilla. Sheilla cemberut.. “kalau bukan karena kak Eza gue
ogah..huhh..” batinya kesal.
“ cepat udah 2 menit ini ,,,,sisa 3 menit lagi..” kata Rangga.
“oke,,
oke.. gue minta maaf dan terima kasih loe udah nolongin gue di
swalayan..” kata Sheilla dengan satu tarikan napas.. Rangga tersenyum.
“Minta
maaf dan berterima kasih gak buat Loe mati kan..” katanya pada Shiella.
Sheilla hanya menyun mendengarkan perkataan Rangga. “sekarang loe boleh
pulang noh ada taksi ..” rangga menunjuk taksi yang berhenti, bukanya
naik Sheilla malah masih berdiri disitu.
“loe minta gue
anterin..” kata Rangga menatap Sheilla, wajah Sheilla antara mengiyakan
dan menolak diantar Rangga, tapi dia belum pernah naik taksi
malam-malam, sedikit takut sih. Tapi Sheilla gengsi mengakui
ketakutannya.
“ngapain gue minta antar ama loe... naik sepeda pula.,.. bukan level gue..” Sheilla mencibir rangga.
“bagus
lah.. Gue juga bukan cowok Romantis yang mau nyiksa diri sendiri buat
cewek apa lagi ceweknya loe..” kata rangga tertawa dan buat Sheilla
tawanya itu menyebalkan. Rangga mengayuh sepedanya, tapi dia mengayuh
kearah pinggir jalan raya, dan menyetop sebuah taksi.
“Ayooo...
naik... “ teriaknya pada Sheilla, setelah dia berbicara pada sang supir
taksi. Sheilla pun naik walaupun dengan enggan. Setelah dia naik
Sheilla langsung menutup pintu taksi. “ ini cewek sepertinya anti dengan
kata-kata terima kasih deh,,” batin Rangga saat melihat Taksi itu
melaju pergi. Dan Rangga pun mengayuh sepedanya pulang menuju
apartemenya.
Keesokan harinya saat Michelle dan Shilla
masih tertidur pulas, tiba-tiba ada suara yang membangunkan Michelle.
Dan betapa kagetnya dia saat dia membuka mata ternyata Ibu Meila sudah
ada didekatnya, matanya sembab, michelle tak bisa berkata apa-apa, dia
hanya diam, bukan hanya Michelle yang terkejut Shille juga.
“kenapa
kamu gak memberitahukan ibu Michelle..” kata buk Meilla sambil
menangis. “Ini buka kewajiban kamu, kamu gak perlu menanggungnya
sendiri.. ini kewajiban ibu..” Bu Meila menangis tersedu-sedu
“maaf
kan saya bu.. saya Cuma gak mau ibu sakit lagi.. “ Michelle merasa
bersalah, dan airmatanya pun jatuh, bu Meila merainya dan memeluk
michelle dia mengusap-usap kepalanya. Tidak ada kata yang mampu terucap
lagi, Michelle hanya diam didalam pelukan bu Meila. Ibu Panti dan
Shilla menatap dengan penuh haru.
“Terima kasih atas
segala yang udah kamu lakukan, ibu sudah sehat, biar ibu mengambil
tanggung jawab ini... “ kata ibu Meila melepaskan sambil pelukannya.
“gak papa buk.. mereka kan adik-adik saya..” kata Michelle tegas.
“Ibu
panti sudah menceritakan semuanya pada ibu, untuk biaya rumah sakit
biar ibu yang pikirkan.. kamu fokus dengan biaya untuk melanjutkan
kuliah kamu saja..” kata Bu meila, Michelle dan Shilla saling memandang,
mereka sama-sama tau kalau buk Meila mana punya biaya.
“Biaya
rumah sakit sudah ada kok bu, kita dapat bantuan dari salah satu
donatur yayasan...” kata Michelle berbohong “iyaa kan Shill..” Shilla
kelabakan dan akhirnya mengiyakan.
“iyaa.. bu, udah
kok...” kata Shilla sambil nyengir dan menyembunyikan proposalnya. Ibu
panti menatap mereka curiga. Tapi dia percaya anak-anak berbohong tentu
demi kebaikan.
“lusa rendy kan dioperasi... “ kata ibu
panti, “sebaiknya bu meila masuk untuk melihat rendy, rendy pasti juga
kagen ama ibunya..” kata ibu panti mengajak bu meila keruangan, Michelle
dan Shilla mengangguk tanda terima kasih.
Setalah bu
meila masuk ke ruang NICU, Michelle dan Shilla pun lega, “Kita harus
meluncur sekarang Shill... Kita harus dapat biaya operasi Rendy” kata
Michelle dan Shilla pun menganggu. Setelah mandi dan sarapan dirumah
sakit mereka pun bergegas pergi. Mereka berpencar dipusat kota, mereka
mendatangi satu persatu yayasan yang tertera didaftar.
Di
rumah billy, Ariel sudah datang pagi-pagi dan duduk manis dimeja
makan, mama billy memang menerima Ariel dengan senang hati, tapi ada
wajah tidak suka di wajah papa dan oma Billy, sedangkan Kak Masyha dan
Sheilla tidak terlalu peduli.
Papa dan oma billy tidak
terlalu suka dengan Ariel menurut mereka Ariel terlalu Agresif sebagai
perempuan, tapi mereka tidak menunjukannya secara terang-terangan.
Sebenarnya billy juga merasa enggan dengan papanya setiap Ariel datang
pagi-pagi begini. Makany setelah selesai sarapan billy mengantar Ariel
sambil menuju kantor, kali ini Billy tidak membawa Sopir.
“baiknya
loe gak usah datang lagi deh pagi-pagi begini kerumah gue..” Kata Billy
sambil menyetir, tujuan billy mengantar memang ingin bicara. Ariel
terdiam, tidak menyangka kalau billy langsung to teh poin.
“Aku kan mau nunjukin ama orang tua kamu kalau aku calon menantu yang baik..” kata Areil membela diri,
“tapi tidak perlu setiap hari..” Billy mulai malas, Billy memang tidak pernah nyaman bila berbicara dengan Ariel
“jadi
kapan?? Kamu gak pernah ada dirumah, selalu sibuk ama urusan kantor,
gak pernah ada waktu buat aku.. jadi kapan lagi waktunya Billy..???”
kata Areil sekarang dia sudah berurai air mata, ini hal yang paling dia
benci jika berbicara dengan Ariel, kalau ada hal yang tidak sesuai dia
langsung menangis, billy benci itu.
“kalau loe begini terus, bokap gue bukanya suka ama loe.. tapi hiilfeel,,” Billy sedikit membentak. Areil malah tambah menangis.
“Dulu
waktu aku nyelamatin kamu dari kebakaran sampe bahu ku cacat kamu janji
akan jangain aku dan bertanggung jawab atas aku.. sekarang kamu
mengingkari janji itu..” kata Ariel terisak. Dan ini hal yang paling
dibenci dan buat Billy gak bisa mencintai Ariel sepenuh hati, Ariel
mengikat dirinya dengan cerita masa lalu. Billy memberikan Tisue pada
Ariel tapi Wajah Billy dingin, dan dia hanya diam membisu. Ariel melirik
Billy senjata itu memang paling ampuh buat billy terdiam.
Michelle
memutuskan pergi ke yayasan yang lebih dekat dulu, hasinya nihil, yang
kedua ketua yayasannya berada di luar kota, yang ke 3 juga sama dengan
yang kedua, hari sudah siang Yayasan yang ke empat adalah harapan
terakhir Michelle, ketua yayasan nya belum datang Michelle pun menunggu
di yayasan itu. Dia tadi baru saja menelepon Shilla, dan hasilnya sama,
sekarang Shilla juga sedang menunggu ketua yayasan yang ke 4, mereka
menunggu dengan harap-harap cemas. Michelle lebih memilih menunggu
didalam yayasan,
sementara Shilla karena Haus dia pergi ke
cafe didepan kantor yayasan untuk membeli minuman, tapi dia sudah
menitip pesan untuk sekretarisnya jika pak ketua datang Shilla dikabari.
Shilla minum jus Jeruk dengan pelan pikiranya melayang-layang, binggung
kalau tidak dapat dananya mereka harus mencari kemana, lusa Rendy harus
dioperasi. Dan saat sedang menyedot es jeruknya dengan khitmat Hp
Shilla berdering,
“Haloo Mbak... iya Mbak.. udah masuk
bapaknya??... oke Mbak saya segera kesana...” Shilla menutup telpon dan
dia harus buru-buru soalnya sang bapak ketua mau ada rapat. Saat akan
keluar dia lagi-lagi berpaspasan dengan Indra, indra akan menemui
temannya. Tapi kejadian di Mall waktu itu terulang lagi, saat Shilla mau
ke kanan indra juga kekanan, Shilla ke kiri indra juga, berulang kali
dan ini memang tidak disengaja, dan karena shilla sedang buru-buru
lagi-lagi dia menendang tulang kering indra sekali lagi.
“awwww..”
Indra kesakitan, buat Shilla ini jalan termudah dan tercepat. Indra
kesal, dan saat akan marah Shilla malah berlari pergi dan sambil
berteriak dan melambailkan tangan ke pada indra.
“Maaf... Loe menghalangi jalan Gue..” kata Shilla, dan indra menyadari kalau dia adalah cewek yang menendangnya di Mall.
Michelle
keluar dari yayasan dengan langkah Gontai, Pihak yayasan tidak bisa
mengkucurkan dana, tidak ada dana katanya, yayasan bisa membantu dengan
cara melakukan penggalangan dana, tapi waktunya terlalu mepet dan
hasinya pun belum tentu. Kepalanya sakit, lelah dan letih rasanya.
Dengan langkah lemas Michelle menyeret kakinya ke Stasiun kereta.
Rangga
pulang ke apartemennya untuk mengambil berkas yang ketinggalan, dia
melihat catatan untuk Michelle masih tergeletak di meja “berarti Cella
gak datang hari ini..” pikir Rangga. “apa dia takut karena aku marahin
kemarin..” Rangga bicara dengan dirinya sendiri ada rasa penyesalan
disana. HP rangga berdering membuyarkan lamunannya. Cella nama itu
muncul di HP nya
“Haloo mas... Maaf... Aku lupa bilang
sama Mas.. kalau aku hari ini izin gak kerja,, ada keperluan mendesak
..” jelas Michelle, tapi Michelle memang benar-benar lupa dia baru
teringat saat sampai distasiun kereta tadi.
“ooo.. gak
papa..” ada kelegaan disuara rangga, sebenarnya dia mau minta maaf tapi
dia putuskan meminta maaf secara langsung nanti.
“Terima
kasih Mas rangga... Tuuuuuttt...” suara Michelle terdengar beriringan
dengan Pluit kereta “ maaf mas kereta saya sudah datang, saya pergi
dulu..” Michelle menutup Telponya.
Billy menyetir
Mobilnya pulang kekantor setelah janji ketemu dengan klien. Karena haus
billy mampir ke Swalayan, yang ternyata adalah swalayan tempat dia
menemukan dompet Michelle, saat dia melihat Rak tempat penjualan Susu
tanpa sadar Billy jadi teringat kejadian itu, pikiranya melayang jauh.
Sampai akhirnya Pelayan Swalayan mengejutkannya dengan menjatuhkan
kaleng susu, Billy kaget “Kenapa gue jadi teringat cewek aneh itu, gak
penting banget sih..” billy berkata dalam hati, dan langung menuju Kasir
untuk membayar.
Michelle dan Shilla duduk dibangku
stasiun kereta kota, mereka akhirnya bertemu disini, Mereka duduk
sambil termenung memandangi orang lalu lalang, Mereka sedang Binggung
karena tidak mendapatkan hasil apapun. Sedih dan cemas terpancar dari
wajah mereka
“apa rencana Loe sekarang..” tanya Shilla
“Belum
tau.. gue lagi mikirin..” Michelle menjawab singkat, Kerana tau hati
sahabatnya sedang kalut Shila memilih diam dan ikut memandangi kesibukan
orang-orang distasiun..
Malam sudah larut Michelle sedang
termenung di bangu taman rumah sakit. Suasana sepi dan syahdu hanya
suara jangkrik yang terdengar. Shilla hari ini pulang kerumah, sudah ada
ibu yang menemani Michelle dan Rendy jadi dia memilih pulang. Michelle
masih termenung disana sambil memegang kartu nama yang ada didalam kotak
yang dia ambil bersama dengan buku tabungannya. Dia memandang kartu
nama itu. Teringat peristiwa itu saat dia mendapatkan kartu nama ini.
Hari
sudah sore, diwarung kecil Michelle tengah duduk berhadapan dengan
seorang laki-laku tua, berkumis dan berjanggut, bajunya sama lusuh
dengan Michelle.
“Ini mungkin terakhir kalinya ayah
menemui kamu..” kata sang Ayah “Mulai besok ayah tidak bisa menemui kamu
lagi..” michelle hanya tertunduk sedih, ayahnya menatap Michelle lekat.
“Ayah
harus pergi, ayah tidak akan menjaga kamu lagi..mulai saat ini Kamu
harus menjaga diri kamu sendiri..” Michelle masih tertunduk ada butir
air mata yang jatuh dari pipinya.
“Tapi sebelum ayah
pergi, ayah berikan kamu ini..” ayah michelle memberikannya sebuah kartu
nama. “ Kalau kamu memerlukan bantuan datang lah ke alamat itu, apapun
yang kamu minta pasti akan dikabulkan... “ Michelle menatap kartu nama
itu dan kemudian melihat ayahnya.
“Tapi ada harga dari
setiap permintaan... karena disana tidak ada yang gratis..” Ayah
Michelle menatap dia dengan lekat bukti dia serius dengan perkataanya.
Setelah mengatakan itu ayah Michelle bangkit dan kemudian pegi, Michelle
memandang kepergian sang ayah dengan air mata, itu adalah pertemuannya
yang terakhir dengan sang Ayah, setelah itu ayahnya tak pernah muncul
lagi.
“ada harga dari setiap permintaan... karena disana
tidak ada yang gratis..” tergiang kata-kata terakhir sang Ayah, Michelle
memengang dengan kuat kartu nama itu, teringat wajah Rendy, Ares, Sifa,
terbayang wajah anak-anak panti, ibu panti dan para stafnya.
“aku
gak punya pilihan lain... ini jalan yang harus aku tempuh.. demi Rendy,
dan anak-anak panti lainya..” Michelle mengepalkan tangganya. Tekatnya
seudah bulat besok dia akan datang ke alamat ini.
BERSAMBUNG...........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar