Senin, 08 September 2014

BilChell LOVE STORY
BAB 17

Shella berjalan menuju ke tempat Cafe Beannya Billy dan Eza, dia masuk keruangan dengan membawa tentengan belanjaan tapi wajahnya masih cemberut.
“Lama banget sih Loe, gua udah kehausan nih..” Billy Ngomel, Sheilla malah melemparnya dengan tentengan belanjaan. Dengan sigap billy menangkapnya.

“Kok kamu kelihatan bete gitu sih Sheilla..” Tanya Eza Heran, belum sempat Sheilla menjawab tiba-tiba rangga muncul dari belakang, dan betapa terkejutnya Sheilla sampai dia terdiam. Rangga hanya melihatnya sebenarnya dia terkejut juga tapi rangga berusaha bersikap biasa (Sok cool gitu..hehehe).

“ohhyaaa... Kenalin Sheilla, ini temen aku pas lagi di LN... Rangga namanya.” Kata eza kemudian, Sheilla malah masih terdiam “Kenapa Sheilla, Kalian udah saling kenal...??” Tanya Eza heran melihat reaksi Sheilla.

Dan sebelum Rangga menjawab Sheilla malah langsung mengulurkan tangannya “Belum kak... Gue Sheilla...”katanya sambil senyum manis. “gawat ini kalau dia cerita ama kak eza kalau aku itu kasar dan galak sama dia..” Batin sheilla

Rangga menatap Sheilla heran, tapi dia tetap menyambut uluran tangan Sheilla “Rangga..” jawab rangga.

“Loe bilang mau nunjukin Lukisan, mana lukisannya??? “ kata billy , Sheilla lega,

“oohh.. ada dilantai dua.. “ kata Rangga, eza dan Billy berjalan didepan menuju tangga, dan saat rangga akan mengikuti mereka tiba-tiba Sheilla menarik tangannya

 “Loe gak boleh cerita ama kak Eza tentang pertemuan kita..” Sheilla berkata setengah mengancam,

 “Oohh.. ini cewek naksir Eza toh..” batin Rangga, dan tiba-tiba dia terseyum penuh Arti, “tergantung sikap loe...” kata Rangga berlalu pergi, Sheilla kaget mendengar kata-kata rangga dia mengejar rangga

“Apa maksud Loe..???” kata Rangga, Sheilla terlihat cemas, dan Rangga malah tersenyum,

“iya tergantung Sikap loe,, !! kalau loe mau jadi anak manis, minta maaf ama gue dan bilang makasih mungkin bisa gue pertimbangkan..” kata Rangga kemudian, sebelum Sheilla protes Billy memanggil Rangga

“dimana NGa..” kata Billy dari atas,

 Dan Rangga pun berjalan menuju tangga tapi sebelumnya dia berbalik dan berkata “Loe boleh mikir-mikir dulu kok... Gue kasih waktu sampe gue pulang nanti..” kata Rangga, Sheilla cemberut tanda dia berpikir keras. “Lumayan buat hiburan..” pikir rangga saat melihat Sheilla kebingungan. Rangga pun naik untuk menumui Billy dan Eza.

Dirumah Sakit Michelle sedang menunggui Randy, Randy sudah mulai membaik dia tertidur dengan memegang tangan Michelle, Michelle mengelus-elus kepalanya dan kemudian keluar dari ruangan dan duduk diruang tunggu, dari kejauhan Shilla melambaikan tangan.

“Ini Chelle Leptopnya, ..”kata Shilla sambil memberikan  laptopnya. “Loe yakin mau buat Proposal ini..” tanya Shilla lagi.

“Gak ada jalan lain, ini satu-satunya cara.. sebenarnya gue benci harus menjual penderitaan Randy, tapi gue gak punya cara lain..” kata Michelle terlihat putus asa. Shilla memagang bahu Michelle

“Gue dukung Loe, Gue bakalan bantuin Loe kok..” kata Shilla menguatkan Sahabatnya. Dan mereka pun mengerjakan Proposal itu bersama-sama. Hampir 2 jam mereka mengerjakannya akhirnya siap juga.

“kita bagi yah tempat tujuannya... dalam daftar gua ada 8 Yayasan...” kata Michelle ke Shilla

“kita bagi 2.. loe 4 gue 4..”  kata Shilla, “Loe yang ini,.. ini..ini.. dan ini.. sisanya gue..” Kata Shilla menunjuk beberapa yayasan.  Minchelle mengangguk

“kita Print dulu proposalnya..” kata michelle,

“Biar Gue Print... kebetulan di RS ini disediakan komputer dan printer gratis buat Pasien dan keluarganya..” kata Shilla. “Gue nginap disini.. jadi besok pagi pagi kita bisa bareng-bareng perginya..” Kata Shilla, Michelle mengangguk dan memeluk sahabatnya. “ini akibat gue sering gaul ama loe neh..” katanya seolah tau kalau Michelle bermaksud berterima kasih padanya.

“ooya.. tadi Gue ketemu Rizky...” Kata Michelle

“oohh yaaa...gimana kabar  si cupu itu...??? “ kata Shilla tersenyum membayangkan masa-masa SMU dulu.

“masih sama... Sok gaul tapi masih gampang di porotin..” kata Michelle tersenyum, Shilla tertawa. “tapi katanya dia bakalan balik besok ke Singapore, dia disini Cuma beberapa hari, ada perlu apa gitu..” kata Michelle Teringat percakapan mereka di cafe saat pertama Rizky melihatnya.

“sayang banget yah??? Si Rizky mau Balik ke Singapore.. kalau enggak kita bisa minta bantuan dia..” kata Shilla sedikit kecewa. Michelle hanya diam. “loe pasti gak cerita apapun kan ama dia..??!!” Shilla menatap Michelle

“Enggak.. Gue gak mau ngerepoin dia.. lagipula dia mau ujian katanya..” kata Michelle sambil menatap Parawat dan dokter yang lalu lalang. Karena hari sudah malam rumas sakit sudah terlihat Sepi, hanya satu atau dua orang yang lalu lalang, selain perawat dan dokter mungkin keluarga pasien.

Di Cafe bean.. Setelah melihat segala aksosoris dan interior, menentukan ini dan itu, dan segala hal telah tersepakati bersama, mereka ber 3 plus sheilla pun bubar dari cafe. Saat diluar Cafe, Rangga mengambil Sepedanya, dia melihat Sheilla, dilihat Rangga Sheilla jadi khawatir,

“Ayoo Shell... “ Kata Billy, sheilla ragu.. “cepetan.. mikir apa sih loe....loe mau pulang ama Eza..??” tanya Billy mulai tak sabaran. Mendengar perkataan Billy Eza tidak jadi masuk kedalam mobil.

“enggak... Gue ada perlu.. jadi gue pulang naik taksi ajah... “ Kata Sheilla sambil tersenyum kearah Eza.

“kamu yakin mau naik taksi..??” kata Eza sedikit khawatir Sheilla kan jarang naik taksi.

“udah lah Za... biarin ajah udah gede ini..” kata Billy cuek malah langsung mengendarai mobilnya meninggalkan Sheill... dasar sepupu gak guna batin sheilla. Dan walaupun ragu Eza juga meninggalkan Sheilla sendiri, Setelah tinggal mereka berdua Rangga malah pergi mengayuh sepedanya. Sheilla kesal bukan main melihat Sikap rangga.

“ehh.. Tunggu..” kata Sheilla mengejar Rangga, dan Rangga pun berhenti dan melihat Sheilla dengan lekat.

“Emmm.. ehmm.. Guee,,,.. eeehh..” kata Sheilla ragu,

“Gue kasih waktu loe 5 menit...gue cape banget hari ini, gue mau tidurr..” Rangga gak sabaran, tapi ada rasa puas dihatinya berhasil ngerjain Sheilla. Sheilla cemberut.. “kalau bukan karena kak Eza gue ogah..huhh..” batinya kesal.

“ cepat udah 2 menit ini ,,,,sisa 3 menit lagi..” kata Rangga.

“oke,, oke.. gue minta maaf dan terima kasih loe udah nolongin gue di swalayan..” kata Sheilla dengan satu tarikan napas.. Rangga tersenyum.

“Minta maaf dan berterima kasih gak buat Loe mati kan..” katanya pada Shiella. Sheilla hanya menyun mendengarkan perkataan Rangga. “sekarang loe boleh pulang noh ada taksi ..” rangga menunjuk taksi yang berhenti, bukanya naik Sheilla malah masih berdiri disitu.

“loe minta gue anterin..” kata Rangga menatap Sheilla, wajah Sheilla antara mengiyakan dan menolak diantar Rangga, tapi dia belum pernah naik taksi malam-malam, sedikit takut sih. Tapi Sheilla gengsi mengakui ketakutannya.

“ngapain gue minta antar ama loe... naik sepeda pula.,.. bukan level gue..” Sheilla mencibir rangga.

“bagus lah.. Gue juga bukan cowok Romantis yang mau nyiksa diri sendiri buat cewek apa lagi ceweknya loe..” kata rangga tertawa dan buat Sheilla tawanya itu menyebalkan. Rangga mengayuh sepedanya, tapi dia mengayuh kearah pinggir jalan raya, dan menyetop sebuah taksi.

“Ayooo... naik... “ teriaknya pada Sheilla, setelah dia berbicara pada sang supir taksi. Sheilla pun naik walaupun dengan enggan. Setelah dia naik Sheilla langsung menutup pintu taksi. “ ini cewek sepertinya anti dengan kata-kata terima kasih deh,,” batin Rangga saat melihat Taksi itu melaju pergi. Dan Rangga pun mengayuh sepedanya pulang menuju apartemenya.

Keesokan harinya saat Michelle dan Shilla masih tertidur pulas, tiba-tiba ada suara yang membangunkan Michelle. Dan betapa kagetnya dia saat dia membuka mata ternyata Ibu Meila sudah ada didekatnya, matanya sembab, michelle tak bisa berkata apa-apa, dia hanya diam, bukan hanya Michelle yang terkejut Shille juga.

 “kenapa kamu gak memberitahukan ibu Michelle..” kata buk Meilla sambil menangis. “Ini buka kewajiban kamu, kamu gak perlu menanggungnya sendiri.. ini kewajiban ibu..” Bu Meila menangis tersedu-sedu

“maaf kan saya bu.. saya Cuma gak mau ibu sakit lagi.. “ Michelle merasa bersalah, dan airmatanya pun jatuh, bu Meila merainya dan memeluk michelle dia mengusap-usap kepalanya. Tidak ada kata yang mampu terucap lagi, Michelle hanya diam didalam pelukan bu Meila.  Ibu Panti dan Shilla menatap dengan penuh haru.

“Terima kasih atas segala yang udah kamu lakukan, ibu sudah sehat, biar ibu mengambil tanggung jawab ini... “ kata ibu Meila melepaskan sambil pelukannya.

“gak papa buk.. mereka kan adik-adik saya..” kata Michelle tegas.

“Ibu panti sudah menceritakan semuanya pada ibu, untuk biaya rumah sakit biar ibu yang pikirkan.. kamu fokus dengan biaya untuk melanjutkan kuliah kamu saja..” kata Bu meila, Michelle dan Shilla saling memandang, mereka sama-sama tau kalau buk Meila mana punya biaya.

“Biaya rumah sakit sudah ada kok bu, kita dapat bantuan dari salah satu donatur yayasan...” kata Michelle berbohong “iyaa kan Shill..” Shilla kelabakan dan akhirnya mengiyakan.

“iyaa.. bu, udah kok...” kata Shilla sambil nyengir dan menyembunyikan proposalnya. Ibu panti menatap mereka curiga. Tapi dia percaya anak-anak berbohong tentu demi kebaikan.

“lusa rendy kan dioperasi... “ kata ibu panti, “sebaiknya bu meila masuk untuk melihat rendy,  rendy pasti juga kagen ama ibunya..” kata ibu panti mengajak bu meila keruangan, Michelle dan Shilla mengangguk tanda terima kasih.

Setalah bu meila masuk ke ruang NICU, Michelle dan Shilla pun lega, “Kita harus meluncur sekarang Shill... Kita harus dapat biaya operasi Rendy” kata Michelle dan Shilla pun menganggu. Setelah mandi dan sarapan dirumah sakit mereka pun bergegas pergi. Mereka berpencar dipusat kota, mereka mendatangi satu persatu  yayasan yang tertera didaftar.

Di rumah billy,  Ariel sudah datang pagi-pagi dan duduk manis dimeja makan, mama billy memang menerima Ariel dengan senang hati, tapi ada wajah tidak suka di wajah papa dan oma Billy, sedangkan Kak Masyha dan Sheilla tidak terlalu peduli.

Papa dan oma billy tidak terlalu suka dengan Ariel menurut mereka Ariel terlalu Agresif sebagai perempuan, tapi mereka tidak menunjukannya secara terang-terangan. Sebenarnya billy juga merasa enggan dengan papanya setiap Ariel datang pagi-pagi begini. Makany setelah selesai sarapan billy mengantar Ariel sambil menuju kantor, kali ini Billy tidak membawa Sopir.

“baiknya loe gak usah datang lagi deh pagi-pagi begini kerumah gue..” Kata Billy sambil menyetir, tujuan billy mengantar memang ingin bicara. Ariel terdiam, tidak menyangka kalau billy langsung to teh poin.

“Aku kan mau nunjukin ama orang tua kamu kalau aku calon menantu yang baik..” kata Areil membela diri,

“tapi tidak perlu setiap hari..” Billy mulai malas, Billy memang tidak pernah nyaman bila berbicara dengan Ariel

“jadi kapan?? Kamu gak pernah ada dirumah, selalu sibuk ama urusan kantor, gak pernah ada waktu buat aku.. jadi kapan lagi waktunya Billy..???” kata Areil sekarang dia sudah berurai air mata, ini hal yang paling dia benci jika berbicara dengan Ariel,  kalau ada hal yang tidak sesuai dia langsung menangis, billy benci itu.

“kalau loe begini terus, bokap gue bukanya suka ama loe.. tapi hiilfeel,,” Billy sedikit membentak. Areil malah tambah menangis.

“Dulu waktu aku nyelamatin kamu dari kebakaran sampe bahu ku cacat kamu janji akan jangain aku dan bertanggung jawab atas aku.. sekarang kamu mengingkari janji itu..” kata Ariel terisak. Dan ini hal yang paling dibenci dan buat Billy gak bisa mencintai Ariel sepenuh hati, Ariel mengikat dirinya dengan cerita masa lalu. Billy memberikan Tisue pada Ariel tapi Wajah Billy dingin, dan dia hanya diam membisu. Ariel melirik Billy senjata itu memang paling ampuh buat billy terdiam.

Michelle memutuskan pergi ke yayasan yang lebih dekat dulu, hasinya nihil, yang kedua ketua yayasannya berada di luar kota, yang ke 3 juga sama dengan yang kedua, hari sudah siang Yayasan yang ke empat adalah harapan terakhir Michelle, ketua yayasan nya belum datang Michelle pun menunggu di yayasan itu. Dia tadi baru saja menelepon Shilla, dan hasilnya sama, sekarang Shilla juga sedang menunggu ketua yayasan yang ke 4, mereka menunggu dengan harap-harap cemas. Michelle lebih memilih menunggu didalam yayasan,

sementara Shilla karena Haus dia pergi ke cafe didepan kantor yayasan untuk membeli minuman, tapi dia sudah menitip pesan untuk sekretarisnya jika pak ketua datang Shilla dikabari. Shilla minum jus Jeruk dengan pelan pikiranya melayang-layang, binggung kalau tidak dapat dananya mereka harus mencari kemana, lusa Rendy harus dioperasi. Dan saat sedang menyedot es jeruknya dengan khitmat Hp Shilla berdering,

“Haloo Mbak... iya Mbak.. udah masuk bapaknya??... oke Mbak saya segera kesana...” Shilla menutup telpon dan dia harus buru-buru soalnya sang bapak ketua mau ada rapat. Saat akan keluar dia lagi-lagi berpaspasan dengan Indra, indra akan menemui temannya. Tapi kejadian di Mall waktu itu terulang lagi, saat Shilla mau ke kanan indra juga kekanan, Shilla ke kiri indra juga, berulang kali dan ini memang tidak disengaja, dan karena shilla sedang buru-buru lagi-lagi dia menendang tulang kering indra sekali lagi.

“awwww..” Indra kesakitan, buat Shilla ini jalan termudah dan tercepat. Indra kesal, dan saat akan marah Shilla malah berlari pergi dan sambil berteriak dan melambailkan tangan ke pada indra.

“Maaf... Loe menghalangi jalan Gue..” kata Shilla, dan indra  menyadari kalau dia adalah cewek yang menendangnya di Mall.

Michelle keluar dari yayasan dengan langkah Gontai, Pihak yayasan tidak bisa mengkucurkan dana, tidak ada dana katanya, yayasan bisa membantu dengan cara melakukan penggalangan dana, tapi waktunya terlalu mepet dan hasinya pun belum tentu. Kepalanya sakit, lelah dan letih rasanya. Dengan langkah lemas Michelle menyeret kakinya ke Stasiun kereta.

Rangga pulang ke apartemennya untuk mengambil berkas yang ketinggalan, dia melihat catatan untuk Michelle masih tergeletak di meja “berarti Cella gak datang hari ini..” pikir Rangga. “apa dia takut karena aku marahin kemarin..” Rangga bicara dengan dirinya sendiri ada rasa penyesalan disana. HP rangga berdering membuyarkan lamunannya. Cella nama itu muncul di HP nya

“Haloo mas... Maaf... Aku lupa bilang sama Mas.. kalau aku hari ini izin gak kerja,, ada keperluan mendesak ..” jelas Michelle, tapi Michelle memang benar-benar lupa dia baru teringat saat sampai distasiun kereta tadi.

“ooo.. gak papa..” ada kelegaan disuara rangga, sebenarnya dia mau minta maaf tapi dia putuskan meminta maaf secara langsung nanti.

“Terima kasih Mas rangga... Tuuuuuttt...” suara Michelle terdengar beriringan dengan Pluit kereta “ maaf mas kereta saya sudah datang, saya pergi dulu..” Michelle menutup Telponya.

Billy menyetir Mobilnya  pulang kekantor setelah janji ketemu dengan klien. Karena haus billy mampir ke Swalayan, yang ternyata adalah swalayan tempat dia menemukan dompet Michelle, saat dia melihat Rak tempat penjualan Susu tanpa sadar Billy jadi teringat kejadian itu, pikiranya melayang jauh. Sampai akhirnya Pelayan Swalayan mengejutkannya dengan menjatuhkan kaleng susu, Billy kaget “Kenapa gue jadi teringat cewek aneh itu, gak penting banget sih..” billy berkata dalam hati, dan langung menuju Kasir untuk membayar.

Michelle dan Shilla duduk dibangku stasiun kereta kota, mereka akhirnya bertemu disini,  Mereka duduk sambil termenung memandangi orang lalu lalang, Mereka sedang Binggung karena tidak mendapatkan hasil apapun. Sedih dan cemas terpancar dari wajah mereka

“apa rencana Loe sekarang..” tanya Shilla

“Belum tau.. gue lagi mikirin..” Michelle menjawab singkat, Kerana tau hati sahabatnya sedang kalut Shila memilih diam dan ikut memandangi kesibukan orang-orang distasiun..

Malam sudah larut Michelle sedang termenung di bangu taman rumah sakit. Suasana sepi dan syahdu hanya suara jangkrik yang terdengar. Shilla hari ini pulang kerumah, sudah ada ibu yang menemani Michelle dan Rendy jadi dia memilih pulang. Michelle masih termenung disana sambil memegang kartu nama yang ada didalam kotak yang dia ambil bersama dengan buku tabungannya. Dia memandang kartu nama itu.  Teringat peristiwa itu saat dia mendapatkan kartu nama ini.

Hari sudah sore, diwarung kecil Michelle tengah duduk berhadapan dengan seorang laki-laku tua, berkumis dan berjanggut, bajunya sama lusuh dengan Michelle.

“Ini mungkin terakhir kalinya ayah menemui kamu..” kata sang Ayah “Mulai besok ayah tidak bisa menemui kamu lagi..” michelle hanya tertunduk sedih, ayahnya menatap Michelle lekat.

“Ayah harus pergi, ayah tidak akan menjaga kamu lagi..mulai saat ini Kamu harus menjaga diri kamu sendiri..” Michelle masih tertunduk ada butir air mata yang jatuh dari pipinya.

 “Tapi sebelum ayah pergi, ayah berikan kamu ini..” ayah michelle memberikannya sebuah kartu nama. “ Kalau kamu memerlukan bantuan datang lah ke alamat itu, apapun yang kamu minta pasti akan dikabulkan... “ Michelle menatap kartu nama itu dan kemudian melihat ayahnya.

“Tapi ada harga dari setiap permintaan... karena disana tidak ada yang gratis..” Ayah Michelle menatap dia dengan lekat bukti dia serius dengan perkataanya. Setelah mengatakan itu ayah Michelle bangkit dan kemudian pegi, Michelle memandang kepergian sang ayah dengan air mata, itu adalah pertemuannya yang terakhir dengan sang Ayah, setelah itu ayahnya tak pernah muncul lagi.

“ada harga dari setiap permintaan... karena disana tidak ada yang gratis..” tergiang kata-kata terakhir sang Ayah, Michelle memengang dengan kuat kartu nama itu, teringat wajah Rendy, Ares, Sifa, terbayang wajah anak-anak panti, ibu panti dan para stafnya.

“aku gak punya pilihan lain... ini jalan yang harus aku tempuh.. demi Rendy, dan anak-anak panti lainya..” Michelle mengepalkan tangganya. Tekatnya seudah bulat besok dia akan datang ke alamat ini.


BERSAMBUNG...........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar