Senin, 08 September 2014

BilChell LOVE STORY
BAB 4

Michelle sedang menunggu Ashilla dipanti, Aries dan Randy berdiri disampingnya sedangkan Sifa berada digendongannya, dia sekali menarik – narik rambut Michelle kemudian tertawa tawa saat Michelle melepaskan tangga sifa dari rambutnya, Michelle hanya tersenyum dan mencium pipinya. Sementara Areis dan Rendy juga terlihat antusia, mereka senang karena sebentar lagi akan bertemu ibu mereka. Melihat senyum Sifa, Aries dan Rendy membuat hati Michelle senang serasa beban dan kelelahan terbang begitu saja.

Dari halaman terlihat Shilla keluar dari mobil Jezz putih, Michelle sempat mengernyitkan dahi dan Shilla memanggilnya ke mobil. “Ayoo Chell..”

Michelle berjalan dengan heran tapi dia menuruti Shilla juga. Michelle mendudukan Aries di kursi depan dan mengikatkan Sabuk pengaman, sementara Michelle duduk di kursi belakang bersama Rendy dan Sifa. Mobil pun bergerak menuju ke rumah
sakit, dalam perjalanan baru Michelle bicara “Mobil siapa neh Shilla???...”

“ooohh.. Ini mobil dirumah... kemarin mama gue datang kerumah kak bimo, trus dia bilang gue boleh pake mobil ini sebagai hadiah ualang tahun gue... “ Shilla menjelaskan.

“ooooo.... Bagus dunk berarti Bokap loe udah maafin loe dunk......”

“Boro – boro, ini mobilkan dibawa mama gue tampa sepengatahuan papa gue..”

“Aahhh... kalau menurut gue bokap loe tau itu, nyokap loe mana mungkin kasih loe mobil tampa sepengetahuan Bokap Loe..”

“mungkin juga .... tapi ah gue gak mau ambil pusing, yang penting gue bisa pake ini mobil ... cape banget gue bolak balik kampus rumah mas bimo dengan kereta, banyak makan waktu...” Shilla manyun.

“Tapi Shill... ini kan bukti kalau bokap loe itu sayang banget sama loe... buktinya loe masih dikasih hadiah, dikasih uang saku, bahkan bokap loe kan gak marah Loe tinggal dirumah Kak Bimo....kenapa gak damai ajah sih..” Michelle jadi kelihatan sok bijak..

“iyaaa... mungkin dia khawatir karena gue bergaul ama loe...” kata Shilla mencibir Michelle

“Maksud Loe...” Michelle binggung.

“Dia takut Gue kertularan gaya Loe, dan jadi kayak Loe... Luntang lantung gak jelas...” Michelle hanya tersenyum kecut.

Ashilla kadang memang kasar dan tajam perkataannya tapi hatinya baik, dia selalu membantu Michelle saat Michelle dalam kesulitan, dia teman yang setia. Dia sebenarnya putri dari pemilk perusahaan farmasi terbesar dikota ini. Tapi dia melarikan diri alias minggat dari rumah dan tinggal dirumah kakaknya karena bertengkar hebat dengan ayahnya. Shilla ingin jadi Arsitek sementara Ayahnya mau Shilla kuliah dibidang Farmasi. Shilla memberontak, dan diam-diam dia ikut ujian Arsitek dan saat ayahnya tau dia diterim, Ayahnya marah dan mengusirnya dari rumah. Walaupun akhirnya dia gak jauh jauh sih terdamparnya masih seputaran rumah kakaknya.

Michelle tersadar dari lamunannya saat Shilla memakirkan Mobil di areal parkir rumah sakit, merekapun turun dan berjalan masuk kerumah sakit.

Billy sedang mengadakan rapat dengan para staff, dia tampak serius dan mengernyitkan dahinya ketika membaca berkas dan laporan dari salah satu stafnya.

“Kenapa kita harus memperkerjakan penduduk setempat dengan gaji sebesar ini...???, Apa memang tingkat pendidikan mereka.???.” kata Billy serius

“Ini sudah menjadi kesepakatan saat kita membeli areal persawahan dan perkebunan penduduk..” kata staff itu

“tapi tidak dengan gaji sebesar ini... Rata-rata pendidikan mereka hanya SMU... dan kita juga harus mengadakan pelatihan untuk mereka.. costnya terlalu besar..” Kata Billy lagi

“tapi pak ini sudah menjadi kepakatan Bapak Presdir...”suara Staff nya mulai melemah.

“dan ini lagi pelayanan kesehatan gratis, penyediaan tempat tinggal untuk pegawai.. apa ini tidak berlebihan..??? Lahan yang kita beli sudah tidak produktif lagi.. terlalu berlebihan dan tidak masuk akal untuk biaya pengeluaran kita..” Billy berkata dengan tegas. Para staff sepertinya sudah tidak nyaman mereka ketakutan. Billy memang masih muda tapi kecerdasannya tidak diragukan lagi, Dia adalah tipikal pria perfaksionis, pertimbanganbisnisnya sangat tepat.  Semua orang yakin dia akan memimpin Davidson group dengan baik. Tapi Billy punya kelemahan, dia terlalu memperhitungkan segala hal dengan Angka-angka.

“emmm Tapi pak ini udah menjadi kesepakatan... tidak hanya dengan penduduk lokal tapi juga dengan rekan bisnis kita pemilik investasi terbesar di proyek ini ... jadi kita tidak bisa merubanya,,” staff berbicara dengan hati hati

“Kenapa perusahan besar seperti mereka tidak cermat seperti ini.. “ Billy makin mengernyitkan dahinya yang tadinya  Cuma 3 lipatan ini nambah jadi 4 lipatan. Dan staff cewek udah hampir mau pingsan karena walaupun dengan mimik seperti itu billy terlihat sanggat memukau.

“Ya sudah... kita bahas lagi proyek ini setelah Presdir pulang... dan saya mau kamu membuat alternatif kedua... dengan hanya mengambil sebagian dari point pont ini..” Billy menunjuk berkas perjanjian itu. Dan setelah staf itu menggunggukkan kepala rapat ditutup Billy berjalan kembali keruangannya..”

Baru saja dia menghempaskan tubuh di kursi kerjanya Hp nya berbunyi “Haloo.... Ezaa.. Apa ???? Loe ditahan imigrasi .???.. Kenapa...?? Loe bawa “obat” yaahh ??”

“Sialan Loe.. Tega amat sih loe nuduh gue bawa obat... ini kan semua gara-garao loe, belanja kayak orang kalap” kata Eza kesal

“trus kenapa dunk..” Billy gak peduli keluhan Eza

“barang – barang yang kita beli untuk proyek kita kebanyakan... harusnya kita ngirim dengan kargo... ini mereka kira aku mau nyelundupin barang...” kata Eza diseberang.

“trus gimana??? Apa gue harus kesana..??’

“ gak usah.. Gue udah manggil teman Gue.. dia kenal petugas imigrasi yang disana jadi kita bisa minta fax surat ijinnya yang disana..”

“Teman Loe yang mana?? “ kata Billy binggung.. “perasaan temen eza gue kenal semua, dan gak ada yang ampe tau urusan Imigrasi di LN segala..” batin Billy

“Itu yang join dengan proyek baru kita.. dia kan lama tinggal di LN..” kata eza lagi

“Jadi meetimg kita diundur besok ajah yah..???”

“Okee... kayaknya kerjaan gue pun masih banyak... Gue harus menyelesaikan semua .. sebelum bokap gue pulang..” Billy menghela napasnya.

“Tumben loe rajin banget...Oke... kalau gitu selamat bekerja deh Loe.. gue ngurusin barang-barang dulu..” kata eza menutup Hpnya.

Dirumah sakit. Ashilla sedang memperhatikan 3 anak kecil yang sedang bermain dengan riang bersama ibu mereka, ibu Maila terlihat masih lemah dan pucat tapi dia berusaha tersenyum demi anak anaknya. Michelle sedang berbicara serius dengan Dokter chan.

“Jadi Michelle, saya hanya bisa membantu kamu sampai disini... biaya operasi dan rumah sakit sudah ditanggung yayasan  untuk  obat dan pelatihan, kamu harus membayarnya..” Dr, Chan berkata dengan serius.

 “Berapa yang harus saya bayar dunk... “ katanya dengan wajah yang cemas

“mudah mudahan tabungan ku cukup” batin Michelle.

“setelah discount mengkin sekitar 20 juta..”

Michelle menghela napasnya... “uang ku enggak cukup..”batinnya lagi..

“kalau aku bayar setengahnya dulu boleh gak Dok..”

“bisa... saya sudah mengatakan pada mereka untuk memberikan keringanan pada kamu.. jadi kamu boleh nyicil..” Kata dr. Chan sambil tersenyum
Senyuman dr. Chan begitu menyejukkan, untuk saat ini hatinya sedikit lega.  “terima kasih Dok..” dr, Chan menepuk-nepuk pundak Michelle dan berlalu pergi.

Michelle membuka tasnya dan mengambil buku tabungannya, “11 juta.. Hmmm... Biasa nutupin setengahnya..” michelle menggumam sendiri dalam lamunannya

“Chelle... “ Shilla menepuk pundak Michelle, dia kaget “Loe kenapa...” Shilla bertanya

“Ah,, gak papa,, aku harus ke adminitrasi ada yang harus aku lunasi..” Michelle mau pergi tapi tina2 tangannya ditahan oleh Shilla.

“ Loe mau apain buku tabungan itu... bukannya itu untuk biaya Loe melanjutkan kuliah...??”

“Ibu lebih membutuhkannya Shilla.. Kuliah gue bisa nanti – nanti..” kata Michelle dengan hati yang sedih.

“Kalau enggak... pake duit gue dulu ajah ...”  Shilla hendak mengeluarkan dompet ditasnya tapi Michelle mencengahnya.

“Gak usah,,, loe itu udah banyak ngebantuin Gue... Lagian uang saku loe kan enggak banyak juga..” kata michelle sambil tersenyum dan dia pun pergi ke adminitrasi RS itu, Shilla hanya memandang sahabatnya dengan Sedih, “kalau ini film kartun mungkin di punggu Michelle udah keluar sayap..” Batin Shilla berkata.

Di ruangan kerjanya Bully tengah sibuk meneliti berkas berkas yang menumpuk dimejanya, dia begitu serius tampa sadar bahwa waktu telah menunjukan pukul 5 sore. Billy begitu sibuk dan serius sampai sampai dia tidak mendengar Hpnya berdering.  10 panggilan tak terjawab.

Pukul 00.09 malam dia selesai memeriksa berkas-berkasnya dia melirik Arlojinya dan membereskan berkas-berkasnya lalu menekan tombol Telepon yang ada di depannya untuk memanggil Sekretarisnya. “Mita... Tolong suruh supir saya siap – siap, saya mau pulang sekarang..”

Billy meluruskan badannya yang pegal, kemudian dia ingat Hpnya yang sedari tadi dia lupakan. 20 panggilan tak terjawab, Eza 2 panggilan dan sisanya nama wanita yang meneleponya tadi pagi. “Ahh... Aku Lupa janji ku.. “ dia menepuk Jidatnya. Tapi bukan malah menelpon wanita itu billy malah menelepon Eza.. “haloo za... gimana?? Beres..”

“Loe kemana aja sih.. dari tadi gue telponin... “

“maaf kerjaan gue banyak banget hari ini.. Gimana hasilnya???” kata billy terlihat sedikit menyesal.

“beres... selesai semuanya... gue tadi Cuma mau nanya.. besok jam berapa kita ketemuannya??? Pas jam makan siang..??”

Billy membuka agendanya “Jangan siang.. Gue ada janji dengan Klien.. sore ajah...  jam 5 an,,”

“Okee... ntar gue kabari temen gue..Bye..”
“Bye,,” billy mematikan Hpnya dan berjalan menuju kantornya, kantor sudah sepi yang tersisa hanya karyawan lembur, para cleaning servis dan Security. Billy sepertinya sudah lupa dengan si 18 panggilan tak terjawab.

Keesokan harinya. Michelle dalam perjalanan ke panti bersama Areis yang baru dia jemput dari sekolah. Jam menunjukkan pukul 11 siang, matahari begitu terik Michelle dan Aries sedang menunggu Bus untuk mampir ke toko buku terlebih dahulu untuk membeli buku Aries. Setelah menunggu selama 5 menit Bus pun datang Michelle menggandeng Aries naik kedalam bus yang untungnya tidak terlalu penuh masih ada sisa satu kursi, Michelle pun duduk dikursi itu dan memangku Aries.

Disebuah pinggiran jalan sedang terpakir sebuah mobil kelihatannya mobil itu sedang ada masalah. Si Sopir sedang sibuk membenarkan mobilnya dan tiba-tiba Billy keluar dari mobil itu, “berapa lama lagi sih pak... nanti saya bisa telat meeting ini...” katanya cemas dan kesal.

“Saya gak tau den,,, Gak ngerti apanya yang salah ... padahal mobil ini baru diservice 1 minggu yang lalu..” pak sopir enggak kalah cemas.

“ya sudah.. bapak telpon Benkel.. biar saya naik taksi aja... saya bisa telat kalau nungguin mobil ini jadi bener..” Billy membuka pintu mobil dan menggambil tas yang berisi berkas dan masuk ke taksi yang sudah di stop oleh sopirnya.

Michelle sudah selesai membeli buku sekolah Aries, dan mereka berjalan menuju stasiun kereta untuk mengantar Arias ke Panti. Sambil berjalan mereka melewati kios es krim. Aries berjalan sambil matanya gak lepas dari kios es krim itu. Michelle menyadarinya dan Michelle pun menghentikan langkahnya.. “Kamu mau ek krim itu...”Tanya Michelle. Aries hanya memandang Michelle dan dengan lemah berkata

“Boleh kak..???”

“Boleh.. kamu mau..??” Aries mengangguk dengan semangat, Michelle tersenyum melihatnya “kamu tunggu disini yah.. biar kakak beliin..” Michelle berjalan ke kios dan membeli satu cup es krim rasa coklat. Aries memandang michelle dari kejauhan michelle tersenyum tp hatinya sedih. Sejak ibu dirawat dirumah sakit Aries jadi pendiam, di usianya yang masih kecil harusnya dia akan lantang menyuarakan keinginannya. Aries justru hanya diam memendam keinginnanya, seperti es krim dan buku sekolah, tadinya kalau tidak guru yang bilang Michelle tidak tau kalau aries butuh buku.

Michelle memberian es krim yang dia beli kepada aries, Aries tersenyum lalu Michelle memberikan mainan pesawat yang dia beli di dekat Kios. Aries menatapnya dengan gembira, “dan satu lagi buat Rendy... biar kamu bisa main dengan Rendy..” Aries tersenyum dengan bahagia, melihat senyum Aries ada kehangatan dihatinya, sudah lama Aries tidak tersenyum sebahagia ini. Michelle mangusap rambut Aries dan mereka pun berjalan lagi menuju stasiun kereta.

Aries berjalan meliuk liuk karena sambil menikmati es krim dia sedang memainkan pesawatnya, Michelle hanya tersenyum dan sekali kali memperingatinya agak berhati hati. Dari arah berlawanan terlihat Billy sedang berjalan terburu buru sambil berbicara di hp  sambil sesekali melihat Jam ditangannya “Pokoknya kamu harus menahan mereka, bilang saya bakalan sampai 10 menit lagi... jangan biarkan mereka pergi.. kalau sampai mereka pergi... kamu saya Pecat..” katanya marah- marah.

Michelle melihat seorang cowok berjalan dengan tergesa-gesa dan dia memperingati Aries untuk berhati – hati tapi sebelum sempat dia bicara Tiba tiba..

“ Buuukkkkkk...” Aries terjatuh dengan keras, Michelle terpekik..


BERSAMBUNG.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar