Senin, 08 September 2014

BilChell LOVE STORY
BAB 39

“hai... salam kenal Saya perwakilan M&Zid Group..” katanya tersenyum ramah. Orang itu adalah Rangga dan 2 orang karyawan cowok. Rangga menghampiri Om surya dan menyalaminya.

“saya ketua Team Marger dari M&Zid Group..” katanya tersenyum dan menjabat tangan Om surya.

“ saya Presdir Davidson Group.. “ kata Om surya menaymbut tangan rangga. Michelle tersenyum kepada Rangga, Eza juga terlihat senang, setidaknya perwakilan M&Zid Group adalah orang yang mereka kenal.. jadi ini akan memudahkan proses marger..” pikir Eza. Hanya billy yang menatap dengan pandangan yang tidak terlalu senang, “memang mungkin akan mempepermudah proses margernya.. tapi entah kenapa ada kecemasn dalam hati billy... apa lagi saat melihat Michelle dan rangga saling tatap dan saling senyum..

Rangga dan 2 orang temannya dipersihlakankan duduk. Rapat dimulai, saat rapat Rangga menatap michelle tersenyum michelle juga membalas senyman rangga, “setidaknya kalau ada mas rangga aku gak akan bete nanti kalau sewaktu-waktu Ariel datang kekantor..” batin Michelle senang. Billy malah kesal melihat michelle senyum-senyum gak jelas.

1 jam kemudian rapat selesai. Om surya, papa Eza Om darmawan, dan pak danar meninggilkan ruangan Rapat.

“enggak nyangka Michelle kamu bagian dari team ini juga??” kata Rangga tersenyum

“saya juga gak nyangka Mas Rangga malah perwakilan dari M&Zid Group..” kata Michelle

“ternyata Loe kerja di M&Zid Group??” tanya  billy

“iyaa... “ jawab Rangga singkat

“tapi hebat juga loe Gaa... baru diterima loe udah dipercaya memegang proyek penting..” kata Eza, rangga hanya tersenyum mendengarkan eza. Michelle menatap mereka lekat, #tring..  suara HP Michelle ada yang meng SMS michelle, wajah michelle berubah saat dia membaca SMS itu.

“Kalian mau makan siang dimana??” tanya Rangga menatap Michelle, belum sempat Michelle menjawab

“kita mau makan siang di luar, sekalian mau jalan meninjau kantor kita di dekat lahan..” kata Billy langsung memotong,

“Gue ada janji makan siang bareng Sheilla..” kata Eza tersenyum

“oohh.. sayang banget padahal gue mau ikut kalian ninjau kantor baru itu.. tapi sayang setelah makan siang gue ada janji sama klien...” kata rangga dengan wajah kecewa, michelle juga, Billy tersenyum bahagia.

“kalau gitu kami pamit dulu yah.. sampai ketemu besok di kantor baru..” kata Rangga menyalami billy. Eza dan Michelle, sambil menyalami michelle tak lupa Rangga tersenyum dengan manisnya.  Billy kesal menatapnya. Dan mereka pun berpisah dan bubar.

Di kampus Shilla, Indra sedang celingak celinguk mencari Shilla, kemaren dia gagal, hari ini dia harus berhasil membuat Shilla bersimpati padanya. Indra menunggu Shilla dengan seikat bungan mawar merah. Dia berdiri dengan manisnya menunggu Shilla lewat, banyak pasang mata memperhatikannya sambil berbisik. “gue memang keren... terbukti semua cewek melirik gue... Shilla pasti terharu melihat gue..” kata Indra dalam hati.

Shilla terlihat sedang berjalan dengan beberapa temannya, saat dia melihat indra, dia berbalik arah dan hendak kabur, tapi keburu indra melihat Shilla.

“Shilla tunggu...” kata Indra, Shilla menghentikan langkahnya.

“loe ngapain sih berdiri dikampus gue... dengan kembang lagi..” kata Shilla menutup wajah dengan tangannya, “gueb malu tau gak??” kata Shilla, teman-temannya sudah melihat Shilla sambil senyum-senyum mengoda Shilla. Shilla memang banyak temen cowok tapi Shilla belum pernah punya pacar, apalagi ada yang menunggunya dengan seikat mawar gitu.. semua temannya pasti bakal mengodanya habis-habisan.

“Gue ini pengagum loe... jadi wajar dong cewek cantik kayak loe gue kasih mawar merah yang indah ini.. walaupun keindahan mawah ini gak sepanding dengan keindahan wajah..” kata Indra.. Shilla mengernyitkan dahi

“sakit loe yah..??” katanya heran “perasaan pas dirumah sakit kemaren loe gak dikasih obat apa-apa,,,??” kata Shilla heran

“Gue sakit karena merindukan Loe..” kata Indra meluncurkan jurus mautnya.

“waahh saraf loe... baru ketemu udah main gampang ajah rindu-rinduan... “ kata Shilla cuek..” ketauan neh.. loe pasti playboy kan??” kata Shilla  menatap Indra.. “denger yah.. gue ini gak mempan loe kasih kembang... gue gak suka kembang soalnya... dan sorry ajah gue gak kenal ama loe.. jadi loe jangan sok-sok bilang-bilang rindu ama gue..” kata Shilla kali ini Serius,,

“Cowok yang paling gue benci didunia ini adalah cowok playboy..Paham loe???” kata Shilla menatap Indra tajam, “Nah sekarang lebih baik loe pulang, kasih kembang ini buat cewek yang mau nerima kembang loe, atau kasih itu kembang buat nyokap loe... hutang piutang kita sudah selesai.. loe jangan ketemuin gue lagi.. Okee..” kata Shilla dan pergi meninggalkan Indra yang termenung. Dia tak menyangka menerima penolakan sekeras itu dari Shilla. Tapi entah kenapa Indra jadi begitu tertantang untuk menaklukan hati Shilla.

“kenapa Loe cemberut gitu???? Kecewa gak bisa makan siang bareng Rangga???” kata Billy menatap michelle yang duduk disampingnya.

“ gue bosan makan berdua mulu sama loe... “ kata Michelle cuek, sambil melihat pemandangan di luar yang meleka lalui, perjalan ini lumayan jauh, letak lahan dipinggiran kota. Sebenarnya michelle bukan kecewa karena tak jadi makan siang dengan Rangga, tapi dia ingin menjaga jarak dengan billy, tadi Ariel mengirim pasan untuknya, tak tau dimana dia mendapatkan nomer Michelle.

Bunyi pesan Ariel adalah,
---- “ ingat... Billy itu pacar gue.. dia milik gue... loe boleh tunangan dengan dia.. tapi cintanya hanya buat gue.. loe itu Cuma cewek miskin yang bakal jadi benalu dalam hidupnya...loe tau kan Benalu... benalu itu sama dengan hama jadi suatu saat loe pasti dimusnahkan billy dari hidupnya...”-----

Membaca SMS Ariel entah kenapa persaannya jadi tidak enak, mungkin Ariel benar dia Cuma jadi pengganggu dalam hidup billy. Dia tak bisa membalas Ariel karena Ariel benar dia hanya tunangan bohongan Billy, dia tak punya hak apapun, hati billy milik Ariel. Michelle begitu gundah dan gelisah, ingin rasanya mengakhiri semuanya sekarang. Tapi michelle tak berdaya, dia harus tetap bertahan, sampai 5 bulan yang akan datang. Cara satu-satunya bertahan dengan selamat adalah dengan menjaga jarak dengan billy. Tapi kalau terus berdua seperti ini bagaimana michelle bisa menjaga jarak??.

“haaahh..” tampa sadar michelle menghela napasnya kencang, Billy mengernyitkan dahi. “segitu bosannya loe sama gue..??” kata Billy, michelle tak meanggapinya, dia hanya diam

“kapan kita sampai..??” tanya Michelle,

“satu jam lagi..” kata billy ketus

“satu jam lagi?? Lama banget sih?? Kok loe gak bilang kita bakal pergi sejauh ini??” kata michelle marah

“Loe gak nanya..” billy cuek

“ harusnya kita makan dulu tadi... “ kata Michelle kesal

“loe bilang loe bosan makan bedua sama gue??” kata Billi ketus

“iyaa.. tapi bukan berarti gue gak lapar..” kata Michelle gak kalah ketusnya, billy kesal memandang michelle, michelle malah melotot galak padanya, entah apa yang terjadi Billy heran kenapa Michelle jadi galak lagi. “mungkin dia memang bener-bener lapar??” batin Billy. Dan billy pun mengentikan mobil di sebuah tempat pemberhentian, disana terdapat pasar dan berbagai macam makanan dijual disana.

“gue mau makan disitu,..” kata Michelle menunjukkan Restoran Noodle, dia tau billy tak suka Noodle..

“jangan kita makan disitu saja..” kata billy menunjukkan Restoran Seafood,

“enggak gue gak mau .. loe ajah makan disana.. gue makan disana saja.. “ kata michelle sambil menunjukkan restoran Sup sapi

“ya udah kita makan sup sapi...” kata billy, tapi michelle malah berkata

“ya udah kita masing-masing ajah .. loe makan disana.. gue mau makan Noodle aja..” kata michelle, Billy mulai jengkel,

“loe kenapa sih... ??” kata Billy kesal .. “loe sengaja buat gue kesal hari ini??” kata billy marah, dia pun memegang tangan michelle dan menariknya ke restoran Seafood. Michelle berusaha berontak, tapi billy terlalu keras memegang tangannya, akhirnya terpaksa michelle  pasrah  mengikuti langkah billy.

Billy menatap michelle tajam, tapi michelle pura-pura tak tau, dia menatap jauh keluar jendela. Billy binggung ntah apa yang terjadi sejak keluar dari ruang rapat mood michelle begitu jelek. Pasanan bily pundatang, sup kerang dan udang tempura. Billy mulai menikmati hidangan , michelle hanya makan nasi dengan lalapan. Billy menatapnya heran.

“kenapa loe gak makan sup dan tempura ini??” kata Billy heran melihat michelle makan nasi hanya dengan sayur.

“gue alergi kerang dan udang..” kata Michelle cuek sambil makan nasi.

“kenapa loe gak bilang kalau loe gak loe alergi Seafood???” kata billy meletakkan makannanya. Ada kemarahan dimatanya, Michelle hanya diam tak menjawab

“loe senang ngeliat gue jadi cowok egois ???” kata Billy marah, michelle hanya diam mendengar kemarahn billy, billy kesal melihat michelle hanya diam mematung seperti itu, dia bangkit berjalan ke kasir dan pergi meninggalkan michelle, michelle berlari mengejar billy

“kenapa loe gak habisin makanan loe??? Mubajir kan???’ kata michelle kesal, billy diam menahan gejolak kemarahannya. Dia berjalan ke mobil meninggalkan michelle dibelakangnya. Billy berjalan dengan marah. Michelle tau billy sedang marah padanya, tapi dia memilih tak peduli, dia tidak mau terlibat perasaan dengan billy.

Eza memperhatikan Sheilla yang sedang makan, dia melihat Sheill tak berkedip. Sheilla tau eza memperhatikannya, tapi dia pura-pura tak tau dan melanjutkan makannya.

“kamu udah gak papa Sheilla??? “ tanya Eza, Sheilla menatap eza sambil terseyum dia menggeleng-gelengkan kepalanya

“bereran udah gak papa???” tanya Eza lagi

“menurut kakak???” akhirnya Sheilla buka suara, Eza hanya menatap Sheilla. Dia tak mengerti, kalau waktu kecil dulu akan mudah bagi Eza membaca apa yang ada dipikirannya Sheilla tapi sekarang.. dia tak tau apa yang dipikirkan Sheilla.

“kamu mau es cream??” tanya Eza akhirnya, Sheilla kecil selalu gembira jika dikasih Es crem.. pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulutnya,tapi sebenarnya Eza binggung harus berbuat apa...

“aku sudah bukan gadis kecil lagi kakak... kalau sedih tinggal dikasih es cream lalu ceria kembali... aku sudah besar... tidak kah kak eza melihatnya??” tanya Sheilla lirih sambil makan makannanya. Eza hanya diam seribu bahasa, dia terlihat binggung menghadapi Sheilla. Sheilla hanya diam dan tetap melanjutkan makannanya. Sheilla bukan lagi adik kecil yang dia kenal, sorot matanya, tak bisa Eza cabarkan lagi, kadang sedih, kadang bahagia. Eza tak lagi mengerti.

Billy berjalan keliling mengitari lahan yang luas, Billy ditemani oleh salah seorang Staf dari perusahaannya, di lahan itu memang sudah berdiri beberapa bangunan, salah satunya sepertinya akan menjadi kantor mereka. Michelle hanya berdiri di salah satu bangunan dari fiber kayu, billy kelihatan masih marah jadi billy tak mengajak michelle berkeliling. Michelle tidak protes dia hanya duduk disana dengan sabar, dari jauh sesekali billy memperhatikannya.

Setelah beberapa lama billy pun kembali,

“apa kita bakalan berkantor disini??” tanya michelle

“sekali-kali tapi sepertinya sekarang belum bisa, ada satu desa yang tidak menyetujui pembangunan pabrik ini, jadi kita harus menyelesaikan permasalahan itu baru kita bisa memulai pembangunan..” kata billy menjelaskan, “mungkin dia sudah melupakan sedikit kemarahanya..” pikir michelle

“terus kita mau berkantor dimana?? “tanya Michelle lagi

“nanti kita kesana.. jaraknya tidak terlalu jauh dari sini.. setengah jalan kantor dan lahan ini..” kata billy.

“oyaa.. desa yang belum setuju letakknya dimana??” tanya michelle.

“disana Mbak.. “ kata staf yang mengantar billy berkeliling menunjukkan ke arah barat,

“lumayan jauh yah??” kata Michelle

“iyaaa.. tapi kalau naik mobil paling 10 menit.. “ kata bapak tadi

“kenapa?? Loe mau kesana?? “ tanya billy heran, Michelle hanya memandang billy

“Bapak bisa antarin kami kesana??” kata Billy seolah mengerti arti tatapan mata michelle.

“baik pak..” kata sang bapak mantap. Benar 10 menit kemudian mereka memang sampai di gerbang desa itu,

“mobilnya Cuma bisa sampai disini pak.. kalau kedalam harus jalan kaki, jalannya agak menanjak.. sepeda motor pun susah melaluinya..” kata sang bapak

Michelle  turun tapi dia lupa kalau dia sedang memakai Highheel. Baru akan turun tumit sepatunya sudah tersanggut ditanah liat, dia kesal dan cemberut, dia melemparkan sepatunya ke mobil. Billy menatapnya sambil tersenyum, billy pun kembali ke mobil, saat michelle akan berjalan tampa alas kaki billy menghentikannya,

“tunggu disana...”kata billy, michelle diam tak jadi berjalan, billy mengeduk-aduk bagasi mobilnya, setelah beberapa lama dia kembali dengan sendal jepit ditangannya. Michelle menatap gembira sendal jepit itu. Billy menatap heran

“kenapa loe kok senang banget gue kasih sendal jepit..” kata Billy heran

“sejak gue kerumah loe gue gak pernah lagi pake sendal jepit.. loe gak tau betapa menderitanya pakai Highheell.. “ kata Michelle mantap sendal jepit itu dengan mata berbinar, billy hanya mengeleng heran dan tersenyum. “michelle memang ajaib.. lain dari yang lain.. dulu dia pernah memberikan sendal jepit ini pada Ariel saat hak sepatunya patah.. ariel malah marah padanya,, katanya gak modis lah.. apa lah... sedangkan michelle malah bahagia..” batin Billy.

Mereka menyusuri  desa, desa itu memang sedikit terpencil, penduduknya hanya hidup bertani dan bercocok tanam, mereka tidak memiliki sumber air, satu-satunya sumber air adalah sungai yang terletak 10 km jaunya dari pemukiman warga, sebenarnya ada satu lagi sumber air malah jau lebih bersih, tapi letaknya jauh diatas bukit di dalam hutan, jadi penduduk lebih suka mengambil air disungai walaupun sebenarnya air sungai sudah tak bengitu sehat lagi.

“belum ada listrik didesa ini??’ tanya miichelle, Billy hanya memperhatikan saja, memang dari tadi michelle terlihat lebih antusias bertanya dari dirinya.

“belum Mbak.. desa ini adalah desa yang paling terdalam, jadi ini agak terpencil sehingga listrik belum terjangkau..” kata sang bapak

“kalau sekolah bagai mana??” tanya Michelle lagi

“Sekolah ada tapi jauh, di kecamatan sebelah, dikecamatan sini memang belum ada sekolah, jadi anak-anak disini banyak yang tidak sekolah..” kata sang bapak, michelle menatap anak-anak yang sedang bermain, saat melihat billy dan michelle mereka bersembunyi.

“Didesa ini jarang dikunjungi orang asing.. jadi mereka sedikit tidak terbiasa,, setiap ada orang asing mereka malu..” kata Sang bapak, michelle hanya tersenyum dan melemparkan senyuman pada anak-anak itu. Billy hanya mengekor dari belakang, jalanan begitu licin karena terbuat dari tanah liat, dan sepertinya disini habis hujan jadi bisa dibayangkan betapa licinnya, beberapa kali michelle hampir terpeleset tapi dia bisa menyeimbangkan diri hingga tidak jatuh, yang terakhir kali billy menngkapnya dari belakang, dan supaya Michelle tidak jatuh lagi, Billy pun mengandeng tangannya. Awalnya michelle menolak tapi dia tak punya pilihan lain, sehingga akhirnya dia pun pasrah. Mereka berjalan menyusuri desa saling bergandengan, billy memperlambat langkahnya supaya michelle bisa mengiringinya dan agar michelle tidak jatuh.

Saat sampai dirumah kepala desa, pak kepala desa menyambut billy dan michelle ramah. Mereka berbincang bincang, michelle menanyakan alasan keberatan mereka,

“para tetua disini takut nanti pabrik akan memberikan pengaruh buruk pada desa ini, dan juga takut pabrik akan mencemari satu-satunya sumber mata air kami..” kata kepala desa, michelle manggut manggut.

“bilang sama tetua disini pak.. saya akan membayar seberapapun yang mereka minta..” kata billy, pak kepala desa menatap tajam billy, michelle mencubit lengan billy. Billy menringis kesakitan , michelle malah melotot.

“maksud teman saya pak.. kami akan melakukan apa saja... biar bapak bisa yakin dengan kami..” kata Michelle tersenyum dan cepat mengapit lengan billy saat dia akan berbicara lagi, michelle meloton menyuruhnya diam.

“saya sebenarnya setuju saja.. apalagi saya dengar kalau akan dibangun sekolah dan klinik disini... “ kata kepala desa itu lagi “tapi saya harus ikut kata tetua disini..” kata pak kepala desa, michelle manggut manggut lagi,

“begini saja pak.. bagai mana kalau nanti kita adakan musyawarah bersama..  untuk mencari solusi yang baik pak.. supaya desa ini dan perusahaan sama-sama tidak dirugikan.. nanti waktunya bapak bisa kasih tau pak wawa..” kata michelle menunjuk pak wawa, karwayan tadi. pak kepala desa mengangguk setuju.

“baik nanti saya akan bicarakan dengan tetua.. kalau sudah ada waktunya nanti saya hubungi.. oyaaa... saya lupa menawarkan kopinya.. silahkan nak diminum kopinya...” kata pak kepala desa ramah..Michelle tersenyum menangguk, Billy hanya diam, takut michelle akan mencubitnya lagi jika dia bersuara. “kok gue jadi gak bisa berkutik gini sih sama cewek ini...” batin Billy “tapi kalau dipikir-pikir Michelle ini smart, dia pintar menghadapi orang..” kata billy dalam hati.

Setelah mereka berjalan jauh dari rumah pak kelapa desa, Michelle mencubit dan memukul-mukul lengan billy

“Awww...awww..kenapa loe malah mukul gue sih... kan gue udah diam..” kata billy cemberut

“loe pikir semua hal bisa loe belii dengan uang??” kata michelle sebel,

“kan kalau negosiasi itu sesalu begitu... tawarkan harga..” kata billy polos

“enggak semua negosiasi harus loe tawar dengan uang..” kata Michelle kesal, dia begitu gemas dengan billy “loe itu lulusan luar negeri tapi itu ajah gak ngerti..” kata Michelle kesal.

“iyaa Pak billy, penduduk disini adalah orang-orang yang hidup dekat dengan alam, bagi mereka uang bukan segala-galanya.. Mbak michelle tadi benar menghentikan bapak, kalau mereka marah, mereka bisa tidak akan pernah menerima kita lagi didesa mereka..” kata pak wawa, Michelle meloton billy hanya manyun melihat michelle.

“mana dompet loe???” tanya michelle tiba-tiba

“buat apa??” kata billy tapi dia ambil juga dompetnya dari saku celananya.

“kemarikan..” perinta Michelle, billy menyerahkan dompetnya, michelle membuka dompetnya dia mengeluarkan semua uang tunai di dompet billy.

“kalau loe mau bagi-bagi uang harus dengan cara yang tepat..”kata michelle sambil tersenyum usil

‘mau loe apain uang itu??” kata billy cemas.

“adik.. adik sini deh.. kakak itu sedang berbaik hati dia mau membagi-bagikan kalian hadiah... ayoo sini berbaris..” kata michelle berdiri ditengah lapangan tempat anak-anak bermain, dengan dikomando mereka berbaris, Michelle membagi-bagikan semua uang billy, Billy melotot kearah michelle, michelle malah menjulurkan lidahnya mengejek, billy hanya menatap pasrah. Pak wawa terseyum melihat kelakuan dua anak muda itu.

Setelah selesai membagi-bagikan uang billy, michelle berjalan kembali kearah billy. Dan saat berjalan kakinya terjebak lumpur dia berusaha menariknya dan setelah berhasil ternyata sendal jepinya putus

“yaaahh.. putus deh..” kata michelle cemberut. Billy tertawa melihat sendal jepit michelle putus.

“makanya jangan usil, kena akibatnya kan??” kata billy mengejek.michelle cuek dan berjalan tampa alas kaki, kaki michelle penuh lumpur tapi dia tidak jijik, michelle tetap berjalan dengan santai.

“kak cuci dulu kakinya.. “ kata seorang anak membawakan air satu gayung, michelle berdiri dan membersihkan kakinya

“makasih yah..” kata michelle tersenyum setelah kakinya bersih, tapi setelah itu michelle malah binggung, kalau aku jalan lagi kaki aku malah kotor lagi, pikir michelle, Billy melihat kebinggungan michelle. Dan billy pun menghampiri michelle, Michelle menatap billy binggung.

“mau apa loe??” tanya michella, tampa aba-aba billy pun mengendong michelle dengan kedua tangannya.

“Billy, ngapai sih loe.. turunin gue.. “ kata michelle meronta

“jangan melawan, licin neh nanti jatuh.. lagian gue gendong loe bukan karena gue senang tapi gue gak mau mobil gue kena lumpur..” kata billy masih mengendong michelle, michelle pun berhenti meronta. Billy dengan pelan berjalan sambil mengendong michelle, “ni cewek kok ringan banget sih.. apa dulu sangking susah hidupnya dia jarang makan yah??’ tanya billy dalam hati. Michell berusaha untuk tidak terlihat kikuk, dia berusaha keras menyembunyikan wajahnya yang bersemu merah. Pak wawa tersenyum memandang dua anak muda itu. “jadi ingat jaman muda dulu..” kata pak wawa dalam hati.

Tiba dimobil pak wawa membantu billy membuka pintu depan, billy mendudukan michelle dikursi depan,

“apa perlu gue pasangi sabuk pengaman??’ tanya billy tersenyum nakal, saat melihat pipi michelle yang bersemu merah

“ gak perlu.. gue bisa sendiri...” kata Michelle ketus. Billy dan pak Wawa tertawa melihat michelle, mereka pun masuk kedalam mobil dan mobil itu pun melaju meninggalkan desa, billy terlebih dahulu mengantarkan pak wawa ke lahan, setelah itu dia pergi ke kantor khusus yang sudah disiapkan ayahnya. Tidak memakan waktu lama hanya 15 manit perjalanan dari lahan, mereka pun sampai.

Kantor itu seperti rumah hanya terdiri dari dua lantai, letaknya tepat dipusat pertikoan, cocok lah dijadikan kantor, ruang kerja billy dilantai dua, dan ruang karje rangga dilantai satu. Ruangan lantai 2 sedikit lebih luas, hanya ada 2 ruang yang di partisi setinggi 2 meter, ruang billy dipojokan dalam dan ruang eza di dekat tangga, lainya adalah meja luas dengan kursi-kursi. Billy mengecek seluruh ruangan dan perabotan, sepertinya sudah bisa digunakan untuk besok. Billy pun tersenyum puas. Michelle hanya memandang billy,

“gue duduk dimana??” tanya michelle

“disana???” kata billi menunjukkan meja yang menghadap ke pintu ruang billy dari dalam ruang billy meja itu terlihat sangat jelas.

“kok gue disitu,,, gue disini ajah... “kata Michelle sambil menunjukkan meja ditengah

“ itu meja rapat, lagian loe ditaro disitu biar bisa gue awasin..” kata billy “selain loe ini tunangan gue, kalau dikantor loe itu bawahan gue, jadi loe perlu diawasin tiap gerak gerik loe..” kata billy Cuek, michelle hanya mencibir kesal.

Setelah melihat lihat, mereka berniat pulang, setengah perjalanan , tiba-tiba mobil billy berjalan tersendat-sendat. Dan akhirnya berhenti

“kenapa sih ni mobil..” kata billy kesal, hari padahal sudah malam. Billy mencoba menstarter mobilnya berkali kali tapi hasilnya nihil, dia buka mesin mobilnya, billy memeriksa apa yang salah.

“kenapa sih..” kata michelle keluar dari mobil

“gak tau neh.. padahal udah diservice...” kata billy masih binggung, michelle berdiri dipinggir jalan dengan bersandar pada pembatas jalan. Dia menunggu dengan sabar billy memperbaiki mobilnya. Michelle menunggu sambil sesekali memukul nyamuk yang menggigitnya tampa ampun,( “enggak pernah kedatangan cewek manis kali yah, jadi nyamuk-nyamuk daerah situ keganjenan..”.. hehehe abaikan..)

“loe masuk kedalam mobil ajah..” kata billy melihat michelle sibuk menepok nyamuk

“masih lama gak??? Atau jangan-jangan loe gak bisa??” tanya michelle penuh curiga,

“bisa lah.. Cuma gue gak ngerti apa yang salah, perasaan semuanya baik-baik ajah..” kata billy binggung, “ya udah deh..naik taksi ajah..” kata billy menutup pintu dan mengunci mobilnya. Beberapa menit berlalu tapi tak ada taksi yang lewat, billy dan michelle telah berlomba-lomba memukul nyamuk siapa yang baling banyak, tapi taksi tak kunjung muncul,

“mungkin kita harus jalan dikit ke perempatan itu..” kata Michelle , billy pun mengangguk, mereka berjalan perlahan, rasanya kaki michelle sudah hampir mau putus, betis dan kakinya sakit, michelle melangkah tertatih

“kenapa loe..??” tanya billy, michelle hanya meringis, “kaki loe sakit???”tanya billy lagi. Michelle hanya mengangguk, “ya udah kita tunggu disini ajah deh..” kata Billy, mereka malah duduk dipembatas jalan, michelle melepaskan sepatunya, billy menatap kaki michelle

“kenapa sih perempuan suka nyiksa diri mereka sendiri.. segala sepatu tunggi gitu dipake..” kata billy heran

“ini dikasih kak Marsya.. kalau boleh milih gue lebih milih yang datar ajah.. highheel ini benar-benar menyiksa...” kata Michelle meringis kesakitan.

“memangnya kak marsya gak beliin yang datar???” tanya billy.

“enggak.. bersyukur udah mau dibeliin masak gue bertingkah sih mau milih-milih..” kata Michelle. Billy hanya diam.

“loe bawa uang gak.. gue gak punya uang lagi.. tadi udah habis loe bagi-bagii..” kata billy, michelle malah nyengir. Michelle pun merogoh tasnya, tiba-tiba wajahnya berubah panik

“kenapa loe..???” tanya billy saat melihat michelle panik.

“dompet gue ketinggalan di rumah..” kata Michelle panik

“terus kita pulangnya gimana??” kata billy binggung bercampur kesal.

Michelle hanya diam, billy menganbil Hpnya, dia berusaha mencari seseorang yang bisa dihubungi, jam sekarang supir-supirnya sudah pulang, Billy menelepon Eza, Hpnya sibuk, Sheilla Mallbox, Indra apalagi, sangking banyaknya nomer indra, dia malah tak tau yang mana yang aktif. Dan saat dia hendak menelepon mas Vino tiba-tiba Hpnya mati habis batre.

“ Sebaiknya loe hubungi seseorang yang bisa dimintai tolong..” kata billy pada Michelle, tapi kemudian dia ingat sesuatu, “shilla kan biasa lewat sini kalau mau kerumah mas Bima..” batin Michelle dia ambil Hpnya, dia mengoyang-goyangkan Hpnya, yah.. gak ada sigal, dia angkat tinggi tinggi berharap dapat sigal, ada 2 ... “lumayan” pikir Michelle

“Shilla.. loe dimana, jemput gue dong dijalan yang mau ke tol xyz...  Mobil billy mogok,.. cepet yah..” kata Michelle dan akhitnya terputus, michelle kehilangan Sigal.

“ tu HP jelek udah bisa loe ganti.... masa iya dikota besar gini gak ada Sigal..” kata billy heran melihat michelle harus mengangkat Hpnya tinggi-tinggi saat akan menelepon. Michelle hanya cemberut.

Selang 10 menit Shilla sudah sampai dengan Jazz nya...

“cepet juga yah si Shilla..” kata Billy

“iya dung.. sahabat gue itu The best dia selalu ada saat dibutuhkan..” kata Michelle tersenyum bangga, “berarti kalau mau tau semua tentang Michelle gue harus nanya sama si Shilla neh,,,” kata billy dalam hati

“masuk.. tapi dibelakang ajah...”teriak Shilla, Michelle heran,, tapi billy dan Michelle pun naik di kursi belakang. Mereka duduk di kursi belakang dengan manisnya, tapi betapa kagetnya mereka saat melihat siapa yang duduk disamping Shilla

“indraaa..” teriak billy, michelle hanya melongo kaget. “ngapain loe disitu,,” kata billy heran

“Billy .. gue mohon dengan sangat, loe ikat gih temen loe ini, dari tadi pagi dia tersu ngikutin gue... ke kampus, ke taman bahkan ke rumah gue.. gue udah pusing dibuatnya..” kata Shilla frustasi. Indra malah nyegir gak jelas.

“loe ngapain ngikutin si Shilla.. ??” tanya billy heran

“yah buat ngejar cinta gue lah..” kata Indra ringan

“Cinta???’ kata billy dan michelle bersamaan mereka saling pandang tak mengerti.

“iyaaa... gue jatuh cinta pada pandangan pertama sama cewek cantik disebelah gue ini..” kata Indra ngegombal,

“Plaakkk..”  ... Shilla memukul Indra dengan kotak tisu , michelle memandang ngeri sahabatnya

“adduuhhhwww.. kok gue dipukul sih Shill..” kata Indra meringis

“masih mending gak gue tendang dan gue lempar keluar..” kata Shilla sadis

“indraaa... kalau mau dapatin temen gue ini, itu cara loe salah... Shilla mah gak mempan dirayu gaya Playboy gitu..” kata Michelle tertawa geli.

“namanya juga usaha Chelle..” kata indra, Shilla melotot marah.

“nah udah sampe... “ kata Shilla mengehntikan mobilnya,

“makasih Shilla... “ kata Michelle sebelum turun dia sempat cipika cipiki dengan sahabatnya..

“makasih Shilla..” kata Billy

“iyaaa.. gue harap sebagai rasa terima kasih loe, besok loe tolong ikat teman loe yang sableng ini... jangan lagi ngikutin gue..” kata Shilla memandang Indra kesal

“loe buang ke sungai didepan ajah..”  kata Billy sadis,

“good ide..” kata Shilla tersenyum, “michelle gue balik dulu yah.. “ kata Shilla, Michelle melambai dengan dan mengisyaratkan Shilla untuk meneleponya nanti, shilla mengangguk. Dan dia pun berlalu.

Saat turun dari mobil shilla, kaki michelle terasa sakit lagi, jalannya tertahit, tak tahan dengan rasa sakit itu, michelle melepaskan sepatunya. Billy melihat michelle heran.

“kenapa?? Kaki loe sakit lagi??” Tanya Billy, dia malah sudah jongkok di depan michelle memeriksa kaki michelle.
“eehh... billy... ngapain loe..???” kata Michelle mundur “mau ngintip yah??” tambah michelle

“Sembarangan loe.. gue Cuma mau liat kaki loe...” kata Billy, dia tadi memang Reflek jongkok, “ tapi karena sudah terlanjur ya sudah, sekalin ajah gue periksa kaki ni cewek..” batin billy. Billy melihat kaki michelle sudah memerah lecet. Raflek Billy malah mengipas-ngipas kaki michelle dengan tangannya.

Tampa mereka sadari didepan pintu Gerbang sudah berdiri seorang gadis, dia menatap pemandangan itu dengan sedih dan marah.

“Billy..” panggilnya lirih ,


BERSAMBUNG.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar